5 Imunisasi yang Wajib Untuk Bayi
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.
Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib
diperoleh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-penyakit yang hendak ditangkalnya
memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan
kecacatan.
1. IMUNISASI BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Seperti diketahui, Indonesia
termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan
merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB
disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui
droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk,
bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di
malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.
Jika anak positif terkena TB, dokter
akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka
panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri
TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah
lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan
penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui
pemberian imunisasi BCG.
* Jumlah Pemberian:
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
* Usia Pemberian:
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
* Lokasi Penyuntikan:
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.
* Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
* Tanda Keberhasilan:
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Jikapun bisul tak muncul, tak usah
cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara
menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit.
Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena
lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul,
antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak
perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan
kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
2. Imunisasi Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh
si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah
tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara
lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah.
Bisa juga melalui alat-alat medis
yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti
jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan
juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antaranggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.
Tidak cuma itu. Anak juga terlihat
sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula.
Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru
tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme
tubuhnya.
Upaya pencegahan adalah langkah
terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya
dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus
atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala
sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah
masuknya VHB.
* Jumlah Pemberian:
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
* Usia Pemberian:
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
* Lokasi Penyuntikan:
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
* Efek Samping:
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
* Tanda Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
* Tingkat Kekebalan:
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio.
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio.
Bisa juga lewat percikan ludah/air
liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Masa inkubasi virus antara 6-10
hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada
salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan
mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya
tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap
serangan virus polio.
* Jumlah Pemberian:
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi!
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi!
* Usia Pemberian:
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
* Cara Pemberian:
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
* Efek Samping:
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
* Tingkat Kekebalan:
Dapat mencekal hingga 90%.
Dapat mencekal hingga 90%.
* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
4. Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
4. Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.
* Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT
* Efek Samping:
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Untuk anak yang memiliki riwayat
kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena
si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi
setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat
diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi
demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng.
* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Penyakit DTP yang BERBAHAYA
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Penyakit DTP yang BERBAHAYA
1. Difteri
Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.
Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.
Bakteri penyebab difteri ditularkan
saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita
harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3
minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%.
Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh.
2. Tetanus
Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.
Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.
Gejala-gejala yang tampak antara
lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung.
Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman,
antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir
toksinnya.
3. Pertusis
Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.
Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.
Gejala awalnya seperti flu biasa,
yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu.
Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang secara
terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk
ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair,
dan napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa
mengalami perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan
kondisi anak mulai pulih.
Penderita akan diberi obat
antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk mengurangi/menghentikan
batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi makanan bergizi akan
membantu mempercepat kesembuhan.
5. Imunisasi Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara
atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung
atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya
sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam),
mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya.
Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan
3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare.
Satu-dua hari kemudian timbul demam
tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5°C. Seiring dengan itu, barulah keluar
bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak
terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa
bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam
waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila
daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian
tubuh saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar,
umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi
kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan
mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu
hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi
ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan
konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati
berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang
efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik
campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak
yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh,
gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi
biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak
(ensefalitis). Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan
kematian pada anak.
Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Menghadapi Dilema Ibu yang BekerjaUmumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Kembali bekerja setelah cuti melahirkan memang tak mudah. Bukanlah
hal yang aneh jika banyak ibu yang tak bisa mengatasi rasa bersalahnya saat
merelakan bayinya diasuh orang lain karena alasan pekerjaan.
Namun jangan sampai rasa bersalah itu menganggu pekerjaan bahkan kondisi
psikologisnya. Berikut beberapa hal yang bisa membuat rasa bersalah Anda
hilang.
1. Tulis alasan Anda bekerja
Ingatkan kembali kepada diri sendiri tujuan utama Anda bekerja. Tak ada satupun
ibu yang memiliki niat bekerja untuk menelantarkan anaknya. Semua ibu bekerja
pasti memiliki niat yang baik terutama untuk si buah hati, begitu juga dengan
Anda.
2. Hindari orang-orang yang membuat Anda merasa bersalah
Tak sedikit orang-orang yang masih memandang sebelah mata wanita yang bekerja.
Tak jarang juga mereka menghakimi para ibu bekerja seperti berbicara "Saya
tak rela anak saya diasuh orang lain,", "Kodrat wanita adalah menjaga
anaknya di rumah," dan sebagainya. Kalimat menghakimi itu tak akan
berakibat baik bagi Anda.
Jika dengan tidak sengaja Anda terpaksa menghadapi komentar seperti di atas, silakan
menjelaskan niat baik dan alasan Anda bekerja. Anda tak perlu mempedulikan
penilaian mereka mengenai hidup Anda.
3. Mencari orang yang dipercaya untuk mengasuh Anak
Percayakan anak pada orang yang benar-benar Anda percaya, misalnya orang tua
atau ibu mertua. Jika memang Anda harus menitipkan anak kepada orang lain,
pastikan Anda mengenalnya dengan baik. Hal ini akan membuat perasaan Anda
tenang selama bekerja.
4. Manfaatkan hari libur
Berikan perhatian Anda seluruhnya pada buah hati saat Anda telah selesai
bekerja atau sedang berlibur. Tinggalkan semua pikiran tentang pekerjaan di
kantor, dan fokuslah pada anak ketika berada di rumah.
5. Sadari bahwa setiap pilihan memiliki risiko
Siapa bilang menjadi ibu tidak bekerja tak memiliko risiko. Tak sedikit juga
ibu-ibu rumah tangga yang mengeluhkan keadaannya. Jadi jangan rendah diri.
Setiap pilihan hidup pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.
Menjadi ibu sekaligus wanita karir bukanlah hal yang salah. Yang harus Anda
lakukan adalah membagi waktu dan peran yang sesuai. Jika memang Anda merasa
pekerjaan sudah menyita waktu dan menjauhkan Anda dari si kecil, tak ada
salahnya juga untuk memikirkan ulang keputusan Anda.
Tips Puasa Sehat untuk Ibu Menyusui
Menunaikan
puasa pada bulan Ramadan wajib hukumnya untuk Muslim yang telah memenuhi
syarat. Tak terkecuali ibu hamil dan ibu menyusui, dengan catatan setelah
berkonsultasi dengan dokter. Namun Allah telah memberikan keringanan kepada ibu
hamil dan menyusui dengan membolehkan berpuasa di luar Ramadan atau dengan
membayar fidyah.
Menyusui
adalah fitrah yang dimiliki oleh sebagian besar perempuan. Kemampuan seorang
ibu untuk berpuasa pada masa-masa menyusui berkaitan erat dengan kondisi
kesehatannya. Kesehatan ini berkaitan erat dengan pola hidup dan pola makan,
apalagi pada bulan Ramadan.
Asupan
gizi pada ibu menyusui harus memadai untuk mensuplai Laktasi yang dibutuhkan
oleh sang bayi.
Perbedaan paling signifikan pada bulan Ramadan adalah waktu makan. Ibu yang biasanya makan pagi, siang, dan malam harus mengubah jam makan pada waktu sahur dan berbuka. Oleh sebab itu, dua waktu makan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan memaksimalkan asupan gizi pada dua waktu makan tersebut.
Perbedaan paling signifikan pada bulan Ramadan adalah waktu makan. Ibu yang biasanya makan pagi, siang, dan malam harus mengubah jam makan pada waktu sahur dan berbuka. Oleh sebab itu, dua waktu makan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan memaksimalkan asupan gizi pada dua waktu makan tersebut.
Sebenarnya
saat berpuasa, ASI yang dihasilkan ibu menyusui tidak akan berubah dan
berkurang kualitasnya karena saat berpuasa tubuh akan melakukan mekanisme
kompensasi. Produksi ASI akan diambil dari zat gizi, yaitu energi, lemak,
protein, vitamin dan mineral dari tubuh sang ibu. Penggantian zat-zat tersebut
akan terjadi pada saat berbuka sehingga ibu menyusui akan tetap sehat.
Ibu
menyusui harus tetap makan tiga kali sehari, saat sahur, berbuka dan setelah
tarawih. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan cadangan ASI dalam tubuh.
Makanan dengan komposisi gizi berimbang, karbohidrat (nasi, roti, kentang),
protein (ikan, telur, tempe, tahu), vitamin-mineral (sayur dan buah) dan lemak
(daging sapi, daging ayam, susu) juga harus menjadi perhatian.
Berikut
beberapa tips mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI saat puasa Ramadan :
1.
Memperbanyak
konsumsi cairan
Saat
berpuasa cairan berkurang sebanyak 2 sampai 3% dalam tubuh. Tubuh menyesuaikan
diri dengan mengurangi keringat dan produksi urine. Berbuka dengan minuman
manis dan hangat akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui. Meminum susu
dapat menjadi alternatif untuk menambah energi dalam tubuh. Teh manis hangat,
jus dan kurma dapat memberikan energi lebih bagi tubuh ibu menyusui.
2.
Menyeimbangkan
komposisi gizi pada menu makanan
Pada
dasarnya tubuh ibu menyusui memerlukan 700 kalori setiap harinya. Pada saat
berpuasa 70% dari jumlah kalori yang dibutuhkan ini didapat dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibu. Sisanya didapat dari cadangan energi yang tersimpan dalam
tubuh. Mengonsumsi makanan bergizi pada saat sahur, berbuka dan setelah tarawih
harus dipertahankan.
Sebagai
alternatif menu, satu porsi opor ayam sekitar 200 gram, mengandung 700 kalori.
Santan pada opor memiliki kandungan kalori yang sangat tinggi. Jika dengan
kuah, satu porsi opor mengandung 700 kalori, tapi ayamnya hanya mengandung 200
kalori. Satu potong rendang dengan berat 340 gram, mengandung lebih dari 800
kalori. Segelas es buah dengan ukuran 180 ml mengandung 173 kalori
3. Istirahat
yang cukup
Pada
saat bayi menyusui syaraf di permukaan payudara memberikan rangsangan ke
kelenjar otak untuk memproduksi dua hormon yang memicu produksi ASI. Dua hormon
ini adalah Prolaktin dan Oksitosin.
Hormon
Prolaktin membuat sel-sel dalam payudara untuk memproduksi ASI. Sedangkan
hormon Oksitosin menyebabkan otot-otot payudara berkontraksi dan memompa ASI
keluar dari puting.
Aktivitas
ini memperlihatkan bahwa jumlah ASI akan terus bertambah sepanjang bayi tetap
menyusui. Efeknya ibu yang berpuasa akan lemas setelah menyusui. Beristirahat
sejenak akan mengembalikan energi pada ibu. Tidak lupa secara psikologis,
keyakinan bahwa ASI akan tetap lancar selama berpuasa juga harus tetap
dikuatkan. Ini berpengaruh besar pada produksi ASI.
Gejala kanker karena makanan karsiogenik itu, tak bisa langsung terlihat. Paling tidak jika sejak kecil kita menggunakan bahan yang salah, akibatnya akan menumpuk banyak, dan saat dewasa nanti kanker baru muncul.
Empat Alasan Mengapa Ibu Pekerja Tetap berikan ASI
Air Susu Ibu (ASI) menjadi makanan
terbaik bagi bayi, karena itu jangan abaikan hal ini. Pun kepada mereka ibu
pekerja, tetap berikan ASI ya.
Dokter spesialis anak, dr. Ariani
Dewi Widodo, SpA mengatakan minimal ada empat alasan mengapa seorang ibu
yang bekerja tapi masih memberikan ASi untuk si kecil. pertama, memberikan bayi
manfaat fisik dari menyusui ASI, yaitu lebih sedikit penyakit dan mengurangi
resiko alergi.
Kedua, Mengurangi rasa bersalah mama
karena meninggalkan bayinya sepanjang hari, mereka tahu bahwa mereka telah
melakukan sesuatu yang penting bagi bayinya sementara mereka berada jauh dari
sang bayi.
Ketiga, mengalami kontak yang dekat.
Saat mempersiapkan ASI atau menyusui, mama mempunyai kesempatan untuk mengalami
kontak yang dekat dengan bayinya. Terakhir, manfaat emosional. Para ibu yang
memutuskan untuk tetap menyusui sekalipun telah kembali bekerja dapat menikmati
manfaat emosional dari menyusui dalam waktu yang lebih lama. agustina
Selain itu, ASI penting memiliki
imunoglubin yang berguna meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi, juga dapat
meningkatkan IQ atawa tingkat kecerdasan anak kelak. Sebaiknya berikan bayi ASI
eksklusif selama 6 bulan, jika Anda mampu memberikan hingga 24 bulan, itu jauh lebih
baik.
Anda dapat memberikan anak makanan
pendamping ASI (MPASI) setelah enam bulan. Pertama kenalkan MPASI yang berupa
sayur atau buah satu persatu. Jangan campurkan banyak bahan dalam satu wadah.
Makanan yang fresh atau dimasak lebih baik dari pada makanan instan. Karena
makan bukan masalah berat badan, tetapi melatih gigi dan mulut, serta belajar
mengunyah.
Inilah Cara Memilih Dot yang Aman untuk Bayi
Ada banyak pilihan dot untuk bayi
Anda di pasaran. Namun, Anda harus berhati-hati saat memilih dot untuk sang
buah hati. Pasalnya, ada dot yang bisa membahayakan kesehatan bayi Anda.
Menurut dokter ahli kanker anak, dr
Edy Tahuteru, SpA(K), dot yang paling sehat adalah dot yang terbuat dari bahan
yang bukan karsiogenik. Dot dengan bahan lateks, yang biasanya berwarna kuning,
kata dia, jika terkena panas bisa bersifat karsiogenik.
“Jika dikonsumsi oleh anak,
lama-lama bisa menumpuk jadi kanker saat dia besar nanti,” ujarnya pada Republika,
di Jakarta, Jumat (13/1). Padahal, menurutnya, dot itu pasti selalu kena panas.
Lalu apa solusinya? dr Edy
menyarankan Anda untuk memilih dot yang berwarna putih. “Bahannya biasanya dari
silikon, yang tak mengurai jika terkena panas,” tuturnya.
Selain dot, plastik yang digunakan
untuk minum juga perlu diperhatikan. Plastik yang dijadikan bahan untuk gelas
atau alat lain, harus diperhatikan apakah itu aman jika kena panas atau tidak.
Misalnya saja plastik untuk kemasan air mineral, itu hanya bisa digunakan
sekali pakai saja. “Food grade-nya hanya 1,” ujarnya.
Plastik seperti ini, jika terkena
panas, bahan-bahan kimianya akan mengurai, dan akhirnya masuk terkonsumsi oleh
kita. “Itu bisa jadi penyebab kanker,” ujarnya.
Gejala kanker karena makanan karsiogenik itu, tak bisa langsung terlihat. Paling tidak jika sejak kecil kita menggunakan bahan yang salah, akibatnya akan menumpuk banyak, dan saat dewasa nanti kanker baru muncul.
Pneumonia Pembunuh Bayi Terganas, Tapi Masih
Disepelekan
Pneumonia alias penyakit infeksi
atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
ataupun parasit, masih menjadi penyebab kematian terbesar balita di Indonesia.
Sekitar 156 juta kasus pneumonia
baru pertahun terjadi di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian 1,5 juta
anak usia di bawah lima tahun (balita) setiap tahun. Sayangnya, penyebab
kematian utama pada balita ini termasuk dalam kelompok pembunuh yang terlupakan
karena kurangnya edukasi dan tingkat kesadaran yang rendah masyarakat.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan
hasil penelitian Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, NTB, yang diketuai oleh Prof. DR. Dr. Sri
Rezeki Hadinegoro, SpA(K) sebagai peneliti utama di lima puskesmas
di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu Puskesmas Praya, Pringgerata, Ubung, Puyung
dan Mantang menemukan, sekitar 33 persen dari 1200 anak sehat yang
diteliti ditemukan kuman S. pneumonia di nasofaringnya.
Angka prevalensi ini menurun bila
dibandingkan dengan penelitian Soewignyo pada tahun 1997, dimana prevalensinya
saat itu adalah 48 persen.
"Hal ini menunjukkan kolonisasi
pada anak sehat tidak banyak berubah. Karenanya, meski prevalensinya menurun
tetap harus diwaspadai," ujar Prof. DR. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K)
Ketua Peneliti Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI di
Jakarta, Sabtu (29/9/2012).
Dikatakannya, setelah dilakukan
pemeriksaan dengan PCR didapatkan pneumokokus dengan 25 serotipe, dengan
persentase 3 serotipe terbanyak adalah 6A/B, 19F, dan 23F. Hal ini berbeda
dengan penelitian pada tahun 1997, dimana dari 221 isolat yang positif biakan
pneumokokusnya, ditemukan pneumokokus dengan 17 serogrup/serotipe, dan yang
terbanyak secara berturut-turut adalah Serogrup 6, 23, dan 15," tambahnya
.
Ditambahkan, berdasarkan hasil uji
kepekaan pneumokokus terhadap antibiotik, sebagian besar masih sensitif
terhadap antibiotik yang biasa digunakan di puskesmas (diatas 94 persen),
dengan tingkat resistensi dibawah 2 persen yakni. antibiotik cefadroxil,
cefuroxime, amoxicilin, ampicilin, clindamicin, dan penicilin. Uji kepekaan
yang paling rendah adalah terhadap antibiotik Kotrimoksazol, yang sensitivitasnya
hanya 36 persen dan resistensinya 48,6 persen.
"Tingkat resistensi terhadap
obat kotrimoksazol meningkat dari 12 persen menjadi 48,6 persen yang
menunjukkantingkat resistensi obat ini terhadap pneumokokus, dan tidak mustahil
juga pada kuman-kuman yang lain, semakin meningkat. Karenanya penggunaan
antibiotik ini sebagai pengobatan lini pertama, perlu dievaluasi lagi,"
tegasnya.
Dari penelitian yang dilakukan Sri
Rezeki didapatkan fakta 72 persen dari 1200 anak yang dilakukan
pengambilan apusan di nasofaringnya, ternyata merupakan terpapar asal rokok
yang dari perokok anggota keluarganya lainnya. Paparan asap
rokok ini dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya infeksi oleh kuman
pneumokokus.
Meski menjadi pembunuh balita nomor
satu, pneumonia masih belum banyak diperhatikan. Masyarakat di pedesaan maupun
perkotaan banyak yang belum menyadari ancaman serius akibat penyakit ini.
Masyarakat lebih memperhatikan
penyakit balita seperti diare, campak, polio bahkan HIV/ AIDS. Padahal sejak
awal 1980-an sampai saat ini,di puskesmas- puskesmas pneumonia selalu menjadi
penyakit yang paling banyak diderita balita. Karenanya diperlukan edukasi dan
penatalaksanaan untuk mneingkatkan kewaspadaan masyarakat.
"Disisi lain perlu kesadaran
pentingnya Vaksinasi atau imunisasi sebagai upaya preventif mengantisipasi
pneumonia," tuturnya.
Seperti diketahui, Streptococcus
pneumoniae atau yang juga disebut dengan Pneumokokus adalah bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit yang ringan maupun berat pada manusia. Penyakit
berat yang ditimbulkannya disebut dengan Penyakit Pneumokokal Invasif atau
Invasif Pneumococcal Disease (IPD), yaitu Radang Paru Akut, Bakteremia dan
Radang Selaput Otak. Infeksi pneumokokus dapat menyebabkan penyakit yang
sering terjadi pada anak khususnya yang berusia kurang dari lima tahun.
Dalam kondisi normal, bakteri ini
dapat ditemukan di daerah belakang hidung (nasofaring) sebagai kuman atau
bakteri komensal, yaitu bakteri yang biasa ada di suatu tempat di tubuh manusia
tanpa menimbulkan penyakit, dan disebut dengan Karier Nasofaring.
Dalam kondisi tertentu, yang
menurunkan daya tahan tubuh anak, seperti infeksi virus yang berulang,
kebiasaan terpapar asap rokok, dan lain-lain, kuman ini bisa memasuki aliran
darah dan menyebabkan IPD.
Tandanya Anda Salah Pilih Pengasuh Bayi
Flek Paru Pada Anak
Flek paru
biasanya ditandai dengan panas tinggi dan batuk-batuk. Penyakit ini muncul
akibat tertular dari orang lain.
Tidak nyaman
rasanya, kalau kita terserang batuk yang tak henti. Apalagi bila yang terserang
batuk adalah si kecil. Batuk, merupakan indikasi dari berbagai penyakit yang
bisa dialami oleh anak. Tetapi bila batuk disertai dengan gejala sesak nafas,
bisa jadi ini pertanda ia terkena flek paru.
Istilah Vlek ,
sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti bercak. Secara medis,
istilah ini umum digunakan dokter untuk menunjukkan kelainan yang terlihat pada
hasil foto rontgen. Istilah flek paru biasanya digunakan sebagian dokter untuk
memperhalus istilah TBC. Menurut literatur, bercak ini sendiri dapat disebabkan
oleh berbagai hal, misalnya lendir karena infeksi atau alergi, proses radang
seperti pada infeksi akibat TBC atau kuman yang lainnya.
Hindari Penderita
TBC
Menurut Dr. Hinky
Hindra Irawan Satari, Sp.A. MTroPaed., flek di paru-paru, yang belakangan ini
banyak sekali menimpa bayi dan balita, umumnya karena tertular orang. “Penyebab
flek di paru-paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini
ditularkan melalui percikan ludah, batuk, bersin, udara pernapasan dari
penderita tuberkulosis (TBC) kepada bayi ataupun balita,” jelas dokter anak
dari RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Tuberculosis
merupakan bakteri infeksi menular. Ia dapat menyerang anak-anak di bawah usia 2
tahun, orang dewasa, orang-orang dengan sistem imunitas yang sangat rendah dan
mereka yang hidup dilingkungan orang-orang yang terinfeksi bakteri ini. Jika
anak tertular TBC paru, gejala yang dapat dilihat awam adalah serangan demam
yang tak begitu tinggi selama 3 bulan berturut-turut. Namun, demam ini tidak
turun meski bayi diberi obat penurun panas.
Anak yang kurus
atau berat badannya tidak naik-naik seiring usianya yang bertambah (meski Anda
telah memberinya banyak makanan bergizi), juga mesti diwaspadai telah
terjangkit. “Diare kronik, meski tak tergolong berat, tetapi berlangsung
terus-menerus dan tak dapat diobati dengan obat diare biasa, juga bisa
merupakan pertanda bayi terjangkit TBC paru. Segeralah periksa ke dokter,”
tutur Hindra.
Dokter biasanya
akan melakukan tes Mantoux , rontgen, dan darah untuk mengetahui apakah ada
kemungkinan TBC atau tidak. Kemudian dokter juga akan menentukan pengobatannya.
Perlu diketahui, meskipun si kecil positif terinfeksi TBC, namun bukan berarti
bakteri tersebut sudah berkembang menjadi penyakit TBC atau TB aktif. Hanya
sekitar 10% saja, anak-anak yang terinfeksi TBC akan terjangkit penyakit ini.
Menghindari
kontak fisik dengan penderita TBC ataupun yang sedang dalam taraf pengobatan,
lanjut Hindra, adalah cara yang paling aman agar anak terhindar dari penyakit
ini. “Ini karena penularan bakteri TBC paru mudah sekali. Bisa lewat udara.
Karena itu bayi memang harus dijauhkan dari orang dewasa yang kita tahu
mengidap TBC,” ujarnya lagi, seraya menambahkan pemberian imunisasi BCG juga
wajib hukumnya agar bayi memiliki imun (pertahanan) terhadap serangan bakteri
ini.
TBC Terselubung
dan Aktif
Bakteri TBC
termasuk bakteri yang pertumbuhannya termasuk lamban, dan biasanya bakteri ini
hanya menyerang pada area tubuh yang mempunyai banyak pasokan oksigen dan
aliran darah, seperti pada paru-paru. Di Amerika, hampir sebanyak 85% penderita
TBC, merupakan TBC paru. Secara medis, TBC dibagi dalam dua jenis, yaitu
infeksi TBC laten dan TBC aktif.
Infeksi TBC yang
bersifat laten, muncul saat bakteri TBC masuk ke dalam tubuh, namun tidak
disertai dengan gejala atau tanda-tanda yang mengindikasikan adanya TBC. Saat
bakteri masuk ke paru-paru, sistem imunitas tubuh akan melawan adanya infeksi
dengan mengisolasi bakteri ke dalam kapsul kecil yang disebut tubercles .
Hampir 90% orang yang terinfeksi bakteri TBC, berhasil dilawan oleh imunitas
tubuh tanpa sempat memunculkan gejalanya.
Meskipun telah
terinfeksi, namun orang tersebut tidak akan mampu menyebarkan bakteri TBC ke
orang lain yang ada disekitarnya. Sayangnya, karena bakteri tersebut telah ada
di dalam tubuh, ada kemungkinan bakteri tersebut akan berkembang menjadi
penyakit TBC aktif. Keberadaan bakteri yang terselubung inipun, hanya bisa
diketahui bila kita melakukan tes kulit.
Sedangkan TBC
aktif, biasanya akan langsung terlihat dari gejala-gejala yang timbul. Sekitar
10% orang yang terinfeksi bakteri TBC, akan berkembang menjadi pengidap TBC
aktif. Mereka juga akan dengan mudah menulari orang-orang dilingkungan
sekitarnya, jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, pengidap TBC aktif
mengalami kerusakan pada paru-paru atau organ lainnya, dan juga bisa
membahayakan jiwa.
Lebih Berat Pada
Bayi
Lantaran kondisi
tubuh bayi yang masih rentan, akibat kekebalan tubuh alaminya belum sempurna,
jika terjangkit TBC risikonya lebih berat dibanding orang dewasa. “Umumnya TB
pada orang dewasa akan terlokalisasi hanya di paru-paru, karena tubuh orang
dewasa telah memiliki kekebalan penuh. Sedang pada bayi dan anak-anak,
penyebaran bakteri tak hanya di paru-paru, tapi juga ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. “Itulah sebabnya pada bayi dan anak-anak, kita bisa menjumpai
kasus TB tulang, TB hati dan limfa, TB selaput otak atau meningitis,” ungkap
Hindra.
Dengan alasan
itulah, TB paru pada bayi harus segera diobati setelah terdeteksi. Pengobatan
biasanya berupa oral (obat yang dimakan) menggunakan obat anti-TB atau obat
kombinasi selama 6 bulan, atau 9-12 bulan bagi TBC paru berat yang sudah
menjalar ke otak hingga mengakibatkan meningitis.
Agar bayi tak
terkena TBC paru, pencegahan memang penting. Yang juga penting adalah memberi
bayi zat-zat kekebalan tubuh sejak lahir, seperti zat-zat yang terkandung dalam
ASI dan makanan bergizi lainnya. “Tak semua bayi yang menderita TBC akan jatuh
sakit. Ini tergantung pada daya tahan tubuhnya juga. Bisa saja bayi terjangkit
bakteri TB tetapi basil itu mati atau hanya bersarang di dalam tubuh, tidak
aktif dan tidak mengganggu,” demikian Hindra.
Menangani TBC
Pada Anak
Jika anak Anda
terinfeksi, namun belum berkembang menjadi pengidap TBC aktif, ia akan
diberikan obat antibiotik, seperti isoniazid . Obat ini biasanya harus di minum
setiap hari selama 6-9 bulan untuk mencegah berkembangnya bakteri TBC menjadi
aktif. Penderita TBC terselubung, kerap harus mengkonsumsi lebih dari satu
antibiotik. Umumnya, mereka akan bisa disembuhkan.
Penanganan
penderita TBC aktif, juga akan diberikan tiga sampai empat obat yang harus
diminum setiap hari selama 6 bulan, atau tergantung pada seberapa serius sakit
yang dialami. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan lanjutan, untuk melihat
berapa besar keberhasilan pengobatan yang diberikan, juga untuk mengetahui efek
samping dari obat tersebut, yang kerap menyertai.
Meskipun setelah
beberapa minggu mengkonsumsi obat-obatan tersebut, si kecil akan terlihat lebih
baik dan gejala-gejala yang timbul perlahan menghilang, namun sangat penting
bila obat yang diberikan dokter diminum hingga habis. Karena jika tidak,
bakteri akan kembali aktif dan malah berkembang menjadi kebal dengan
obat-obatan yang diberikan.
Bila memang anak
sudah terinfeksi bakteri TBC, vaksinasi mungkin sudah tidak mampu bekerja
menahan bakteri ini. Meski demikian, The Centers for Disease Control and
Prevention , Amerika menyarankan vaksinasi diberikan pada kondisi tertentu
saja. Misalnya, bila memang dilingkungan rumah ada orang yang telah positif
mengidap TBC aktif, dan belum mendapatkan pengobatan yang seharusnya, maka si
kecil harus diberi vaksinasi TB.
Penularan TBC
Melalui Udara
TBC merupakan
penyakit yang mudah menular melalui udara, namun begitu, biasanya penyakit ini
akan menjangkiti lingkungannya, apabila:
- Orang-orang yang tinggal di tempat yang kondisinya ramai. Orang yang terlalu sering terinfeksi bakteri TBC, dan tinggal di tempat yang ramai, seperti tempat penitipan anak, rumah sakit, rumah singgah, sekolah, barak militer dan penjara, merupakan tempat yang beresiko bisa menularkan penyakit TBC.
- Orang-orang yang tinggal di satu rumah dengan penderita TBC aktif. Keadaan ini akan meningkatkan kemungkinan seseorang tertular bakteri TBC dan sangat besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi infeksi.
Komplikasi Akibat
TBC
Para penderita
TBC aktif, harus segera mendapatkan perawatan. Jika tidak, bakteri TBC aktif
akan berkembang dan menyebabkan terjadinya komplikasi serius, seperti:
- Kerusakan paru-paru yang bisa membuat paru-paru berlubang dan menderita cavities . Area yang rusak, mungkin juga akan menyebabkan terjadinya pendarahan di paru-paru atau terinfeksi bakteri lainnya dan kemungkinan besar terjadi abscess . Berlubangnya saluran pernafasan di paru-paru. Terblokirnya aliran udara di dalam paru-paru.
- Berlubangnya saluran pernafasan di paru-paru.
- Terblokirnya aliran udara di dalam paru-paru.
Tandanya Anda Salah Pilih Pengasuh Bayi
Pengasuh bayi adalah salah satu
pilihan saat cuti melahirkan telah habis. Tapi hati-hati, salah memilih pengasuh
bayi bisa membahayakan anak. Ini ciri-cirinya Anda telah salah pilih.
1. Anak tak menyukainya
Jangan menyepelekan insting anak. Jika dari awal anak Anda tidak merasa nyaman dengan pengasuh tersebut, sebaiknya cari yang lain. Walau di depan Anda si pengasuh terlihat ramah dan lemah lembut, namun jangan lupa lihat perkembangan anak dari hari ke hari. Jika Anak Anda semakin terlihat murung, sebaiknya ganti pengasuhnya.
2. Kebersihan anak tak terjamin
Tak jarang Anda menemukan anak belum mandi saat pulang kantor. Popoknya juga tidak diganti, dan kuku-kuku anak Anda hitam. Jangan sepelekan gejala ini. Kebersihan adalah faktor penunjang utama kesehatan. jangan sampai anak Anda sakit-sakitan karena pengasuhnya tidak bisa menjaga kebersihannya.
3. Ada banyak bekas luka di tubuh anak
Bekas luka bukanlah pertanda baik. Ini bisa berarti dua hal, pertama, si pengasuh tak perhatian sehingga anak Anda sering mengalami kecelakaan, atau justru si pengasuhlah yang menyakiti anak Anda.
Anak adalah harta Anda yang paling berharga. Jangan sampai harta itu rusak karena Anda menitipkannya pada orang yang salah.
1. Anak tak menyukainya
Jangan menyepelekan insting anak. Jika dari awal anak Anda tidak merasa nyaman dengan pengasuh tersebut, sebaiknya cari yang lain. Walau di depan Anda si pengasuh terlihat ramah dan lemah lembut, namun jangan lupa lihat perkembangan anak dari hari ke hari. Jika Anak Anda semakin terlihat murung, sebaiknya ganti pengasuhnya.
2. Kebersihan anak tak terjamin
Tak jarang Anda menemukan anak belum mandi saat pulang kantor. Popoknya juga tidak diganti, dan kuku-kuku anak Anda hitam. Jangan sepelekan gejala ini. Kebersihan adalah faktor penunjang utama kesehatan. jangan sampai anak Anda sakit-sakitan karena pengasuhnya tidak bisa menjaga kebersihannya.
3. Ada banyak bekas luka di tubuh anak
Bekas luka bukanlah pertanda baik. Ini bisa berarti dua hal, pertama, si pengasuh tak perhatian sehingga anak Anda sering mengalami kecelakaan, atau justru si pengasuhlah yang menyakiti anak Anda.
Anak adalah harta Anda yang paling berharga. Jangan sampai harta itu rusak karena Anda menitipkannya pada orang yang salah.
Mengapa Bayi Suka
Gigit Jari, Ada Alasannya Lho…!
Rasa gemas dan kadang kesal pasti Anda
alami saat melihat si kecil mulai hobi memasukkan semua benda ke dalam
mulutnya. Berbagai cara Anda lakukan untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak
lagi memasukkan benda ke dalam mulutnya.
Tetapi
tahukah Anda bahwa ada penyebab tertentu yang membuat si kecil semakin hobi
memasukkan benda ke dalam mulut ini? Apa saja, yuk lihat berikut ini:
Komunikasi
Bayi
dan balita juga butuh mengekspresikan perasaan dan pikirannya lho, sama seperti
orang dewasa. Sayangnya saat itu mereka belum fasih berbicara seperti orang
dewasa. Jadi, dengan memasukkan jari ke mulut merupakan satu-satunya cara
mereka berkomunikasi, mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka.
Cari
Perhatian
Bukan
hanya orang dewasa saja lho yang ingin selalu diperhatikan, si kecil juga ingin
diperhatikan. Caranya, dengan menggigit atau memasukkan benda ke dalam mulut
demi mendapatkan perhatian Anda yang mungkin sedang sibuk.
Rasa
ingin tahu
Bayi
dan balita adalah bibit-bibit cerdas yang penuh rasa ingin tahu. Mereka selalu
penasaran terhadap benda yang ada di sekitarnya. Mereka akan berusaha mencari
tahu dengan indera yang mereka miliki, mulai dari melihat, merasakan dengan
kulitnya, menciumnya, sampai menjilatnya dengan lidah.
Gemas
atau Marah
Saat
gemas atau marah, ia akan meraih benda terdekat dan memasukkannya ke dalam
mulut kemudian menggigitnya. Hal ini wajar dilakukan sebagai wujud yang
menunjukkan ia sedang gemas atau marah.
Mengenal Emosi Bayi
Bayi menunjukkan emosi mereka dengan
berbagai cara. Kalau merasa tidak nyaman, ia menangis, mengejangkan tubuhnya
dan menggerak-gerakkan tangannya sambil menendang-nendangkan kakinya ke sana ke
mari. Kalau senang, bayi akan menunjukkannya lewat ekspresi yang berbeda.
Pada bulan pertama, ia akan diam
kalau mendengar suara manusia dan kalau diangkat ia tersenyum. Kalau ia diajak
bermain dengan menggerak-gerakkan kedua tangannya, ia akan tersenyum,
mengeluarkan suara, menggapai dan bergerak mendekati. Semua ini merupakan tanda
dan isyarat yang pasti dari emosi bayi.
Kalau memerlukan sesuatu, bayi akan
menangis; kalau merasa ingin bergaul mereka tertawa atau tersenyum. Bayi akan
merasa kekuatan pribadinya bertumbuh ketika tangisannya mendatangkan
pertolongan dan kenyamanan; dan senyuman atau tawa mereka mendatangkan
tanggapan yang serupa dari orang lain. Namun, semua ekspresi emosional ini
memiliki berbagai makna lain ketika bayi bertumbuh. Pada awalnya tangisan
merupakan isyarat ketidaknyamanan fisik, tapi tangisan kelak juga menyatakan
ketidaknyamanan psikologis.
Berikut ini gambaran singkat perihal
berbagai emosi khas dari bayi.
Ada empat jenis tangisan. Yang
paling mendasar adalah tangisan karena lapar. Ada lagi tangisan karena marah,
karena sakit dan karena frustasi. Tangisan karena lapar sifatnya ritmis.
Tangisan karena marah memiliki irama yang bervariasi. Tangisan karena rasa
sakit biasanya tiba-tiba dan keras. Sedangkan tangisan karena frustasi diikuti
oleh dua atau tiga kali teriakan panjang tanpa menahan napas.
Tangisan bayi mesti ditanggapi
dengan hati-hati dan lemah lembut. Bila ini dilakukan para ibu secara
konsekuen, bayi akan lebih jarang menangis saat berumur setahun dibandingkan
dengan bayi yang tidak cepat ditanggapi orang tuanya.
Senyuman pertama terjadi tidak lama
setelah bayi lahir, yaitu hasil aktivitas sistem saraf pusat. Biasanya senyuman
itu terjadi saat bayi tidur. Di minggu kedua, bayi sering tersenyum setelah
diberi susu. Saat mengantuk, mereka mungkin menanggapi suara orang yang
mengasuhnya. Selanjutnya bayi mulai terlihat suka tersenyum saat ia masih terjaga
dan tidak sedang melakukan aktivitas.
Setelah berusia sebulan, senyuman
bayi akan lebih sering dan lebih memiliki makna sosial untuk berinteraksi
dengan orang lain. Mereka tersenyum kalau kedua tangannya ditepukkan, atau
kalau mendengar suara yang mereka kenal. Pada bulan kedua mereka akan lebih
tanggap pada orang-orang yang mereka kenal.
Bayi mulai tertawa sekitar usia
empat bulan. Sebagian tawa mereka ada kalanya terkait dengan takut, sebab
kadang-kadang mereka bereaksi sama terhadap ketakutan dan tertawa. Ketika usia
bayi meningkat, mereka mulai tanggap terhadap berbagai suara dan batuk dan
mulai senang diajak bermain pada usia tujuh sampai sembilan bulan. Perubahan
ini mencerminkan perkembangan kognitif mereka. Tertawa merupakan tanggapan terhadap
lingkungan, yang membantu bayi melepaskan ketegangannya dari situasi yang
mengesalkan. Tertawa memperlihatkan pentingnya hubungan antara perkembangan
kognitif dan perkembangan sosial.
Penyebab Dan Penanganan Diare Pada
Bayi
Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh bayi
dan balita terutama usia 12 hingga 24 bulan. Jika bayi atau anak anda tiba-tiba
mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya baik frekuensi/jumlah
buang air besar yang menjadi sering dan menjadi cair, maka si kecil kemungkinan
besar positif terkena diare.
Penyakit diare tidak bisa dianggap sepele, karena jika berlangsung terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berbahaya bagi organ-organ tubuh. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare.
Penyakit diare tidak bisa dianggap sepele, karena jika berlangsung terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berbahaya bagi organ-organ tubuh. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare.
Berikut ini
beberapa penyebab diare, yaitu:
• Infeksi oleh bakteri dan
parasit (vibrio cholera, salmonella, giardiasis).
• Serangan virus (rotavirus).
• Alergi terhadap makanan, susu formula maupun keracunan makanan.
• Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, malaria, dll.
• Pemanis buatan.
• Serangan virus (rotavirus).
• Alergi terhadap makanan, susu formula maupun keracunan makanan.
• Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, malaria, dll.
• Pemanis buatan.
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi
4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran
Di samping itu ada beberapa gejala yang bisa dijadikan panduan
untuk mengetahui apa penyebab diare pada bayi, yaitu:
1. Jika diare yang terjadi disertai dengan muntah, sakit perut,
demam, menggigil, perasaan sakit, maka kemungkinan ada masalah pada
gastroenteritis (pencernaan). Jika disertai dengan adanya darah dalam kotoran
bayi kemungkinan akibat infeksi bakteri.
2. Diare terjadi setelah bayi mengkonsumsi susu formula atau
terlalu banyak makanan tertentu, kemungkinan diare diakibatkan oleh masalah
makanan atau susu.
3. Diare disertai oleh perut yang kembung, gas dan kotoran yang
seperti berminyak, kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi parasit.
4. Diare terjadi setelah bayi mengk onsumsi obat tertentu seperti
antibiotik atau obat lainnya, kemungkinan disebabakan oleh efek samping dari
obat yang dikonsumsi.
5. Diare yang disertai oleh muntah, keringat berlebih, keletihan,
kejang-kejang serta membuat bayi menjadi tidak sadar, kemungkinan disebabkan
oleh keracunan sesuatu. Jika bayi sudah tidak sadarkan diri atau mengalami
kesulitan bernapas, sebaiknya segera larikan ke rumah sakit.
6. Bayi menjadi rewel setelah menyusui, perut kembung, diare dan
kotoran yang ada menimbulkan bau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh laktosa
intoleransi atau tidak dapat mentoleransi laktosa yang ada di dalam susu.
7. Jika diare yang muncul disertai dengan muntah, gatal-gatal,
hidung tersumbat, bengkak, sesak napas, mengi, kesulitan menelan dan timbulnya
ruam pada kulit, kemunginan disebabkan oleh alergi makanan yang dikonsumsi
bayi.
8. Diare dengan adanya perasaan kembung atau bergas, muntah,
kolik, kotoran yang berdarah, menolak untuk makan, batuk, mengi dan gejala ini
timbul sekitar 45 menit setelah mengkonsumsi susu, kemungkinan disebabkan bayi
tidak dapat mentoleransi protein yang terkandung di dalam susu.
10. Mengalami diare yang kronis, pertumbuhan yang terganggu, batuk
yang disertai dengan rengekan, napasnya mendesah atau mengi, kemungkinan
disebabkan penyakit cystic fibros.
Penularan penyakit diare antara
lain :
• Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
• Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
• Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
• Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
• Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
• Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
• Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
• Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
• Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
• Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
Pengobatan Diare :
• Langkah yang paling penting dalam mengatasi diare adalah menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
• Jika bayi tampak sakit berat, cairan biasanya diberikan melalui infus. Jika penyakitnya ringan, bisa diberikan cairan yang mengandung elektrolit melalui botol susu atau gelas.
• ASI tetap diberikan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan mempertahankan pembentukan ASI oleh ibu.
• Jika bayi tidak disusui oleh ibunya, sebaiknya segera setelah dehidrasinya teratasi, diberikan susu formula yang tidak mengandung laktosa. Susu formula yang biasa bisa diberikan secara bertahap beberapa hari kemudian.
• Meskipun diare infeksius bisa disebabkan oleh bakteri, tetapi tidak perlu diberikan antibiotik karena infeksi biasanya akan mereda tanpa pengobatan.
• Memberikan obat untuk menghentikan diare sebenarnya bisa membahayakan bayi karena obat ini bisa menghalangi usaha tubuh untuk membuang organisme penyebab infeksi melalui tinja.
• Langkah yang paling penting dalam mengatasi diare adalah menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
• Jika bayi tampak sakit berat, cairan biasanya diberikan melalui infus. Jika penyakitnya ringan, bisa diberikan cairan yang mengandung elektrolit melalui botol susu atau gelas.
• ASI tetap diberikan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan mempertahankan pembentukan ASI oleh ibu.
• Jika bayi tidak disusui oleh ibunya, sebaiknya segera setelah dehidrasinya teratasi, diberikan susu formula yang tidak mengandung laktosa. Susu formula yang biasa bisa diberikan secara bertahap beberapa hari kemudian.
• Meskipun diare infeksius bisa disebabkan oleh bakteri, tetapi tidak perlu diberikan antibiotik karena infeksi biasanya akan mereda tanpa pengobatan.
• Memberikan obat untuk menghentikan diare sebenarnya bisa membahayakan bayi karena obat ini bisa menghalangi usaha tubuh untuk membuang organisme penyebab infeksi melalui tinja.
Pencegahan Diare :
• Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI).
• Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan.
• Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk sikecil.
• Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
• Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI).
• Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan.
• Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk sikecil.
• Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
(Dari beberapa sumber)
Jangan Biasakan Bayi Pakai Dot
Kebiasaan menggunakan dot juga sering disebut dengan istilah bingung puting atau manja botol, demikian menurut dokter Sylvia Haryeny IBCLC, Konselor Laktasi Kemang Medical Care.
"Orang tua mungkin merasa itu cara yang praktis, padahal cukup banyak efeknya bagi produksi ASI dan bayi. Jika minum pakai dot, sedotan si bayi sangat kecil dan sedikit. Kalau langsung ke payudara, maka mulut bayi penuh hingga bulatan hitam di puting sehingga sedotannya juga banyak," jelas dokter Sylvia.
Dengan demikian, tambah dokter Sylvia, bayi pun nyusunya lebih cepat dan isi dalam payudara kosong. Karena ada kalanya payudara itu kosong setelah bayi menyusui.
"Pengosongan payudara memang lebih baik dilakukan oleh bayi langsung, bukan karena diperah. Jadi, payudara kosong dan terisi kembali semua tergantung pada bayi, jadi komandonya memang pada bayi," ungkapnya.
Jika dengan dot, bayi akan lama menghabiskan susunya. Sehingga ketika kembali menyusu pada puting ibunya juga menjadi lama. Kondisi ini tidak bagus untuk perkembangan bayi dan juga produksi ASI dalam payudara.
Mengatasi hal itu, dokter Sylvia menganjurkan agar bayi diberi susu dengan sendok atau cangkir. Karena kedua alat itu bisa langsung memberi asupan susu ke mulut bayi dalam jumlah banyak dan bisa berkali-kali.
Jangan Biasakan Bayi Pakai Dot
Banyak orang tua bekerja yang
menyusui anaknya lantas membiasakan bayi mereka menggunakan dot ketika si ibu
tidak bisa menyusui langsung. Padahal, penggunaan dot sebenarnya kurang baik bagi
si bayi, juga produksi ASI itu sendiri.
Kebiasaan menggunakan dot juga sering disebut dengan istilah bingung puting atau manja botol, demikian menurut dokter Sylvia Haryeny IBCLC, Konselor Laktasi Kemang Medical Care.
"Orang tua mungkin merasa itu cara yang praktis, padahal cukup banyak efeknya bagi produksi ASI dan bayi. Jika minum pakai dot, sedotan si bayi sangat kecil dan sedikit. Kalau langsung ke payudara, maka mulut bayi penuh hingga bulatan hitam di puting sehingga sedotannya juga banyak," jelas dokter Sylvia.
Dengan demikian, tambah dokter Sylvia, bayi pun nyusunya lebih cepat dan isi dalam payudara kosong. Karena ada kalanya payudara itu kosong setelah bayi menyusui.
"Pengosongan payudara memang lebih baik dilakukan oleh bayi langsung, bukan karena diperah. Jadi, payudara kosong dan terisi kembali semua tergantung pada bayi, jadi komandonya memang pada bayi," ungkapnya.
Jika dengan dot, bayi akan lama menghabiskan susunya. Sehingga ketika kembali menyusu pada puting ibunya juga menjadi lama. Kondisi ini tidak bagus untuk perkembangan bayi dan juga produksi ASI dalam payudara.
Mengatasi hal itu, dokter Sylvia menganjurkan agar bayi diberi susu dengan sendok atau cangkir. Karena kedua alat itu bisa langsung memberi asupan susu ke mulut bayi dalam jumlah banyak dan bisa berkali-kali.
Semoga bermanfaat bwt para ibu..
BalasHapus