TANGAN KANAN MEMBERI…TANGAN KIRI TAK
MELIHAT
Allah SWT tidak hanya memberi petunjuk
dan menganjurkan kita untuk bersedekah di jalan Allah SWT tetapi juga mengajar
kita tata cara bersedekah. Supaya sedekah bisa diterima Allah SWT ada tiga
syarat yang harus dipenuhi. Harta harus diperoleh dengan cara yang halal,
sedekah harus diberikah dengan niat yang tulus dan diberikan kepada mereka yang
sungguh-sungguh layak menerimanya.
Cara yang benar untuk bersedekah
bukanlah dengan mengingatkan orang-orang mengenai kebaikan yang telah kita
lakukan kepada mereka dan melukai perasaan dengan cara apapun juga. Allah SWT
menjelaskan hal ini di dalam Al Baqarah 262
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Jika kamu tidak mempunyai apapun untuk
bersedekah, perlakukanlah orang miskin dengan sopan dan ramah. Al Baqarah 263
Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
Perhatikan bahwa Allah SWT sedang
memperingatkan bahwa Ia dapat menghukum kita atas penganiayaan terhadap orang
miskin. Allah adalah, bagaimanapun, sangat sabar dan pemurah.
Allah SWT memperingatkan bahwa dengan
menyebut-nyebut sedekah yang telah diberikan dan melukai perasaan mereka kita
telah menghapuskan pahala sedekah yang telah kita berikan. Seseorang yang
menunjukkan perilaku seperti itu sesungguhnya bersedekah hanya untuk pamer dan
tidak percaya kepada Allah SWT dan hari Pengadilan. Sedekah nya tidak akan
mendapat pahala. Allah SWT menggambarkan hal ini dalam suatu contoh yang indah.
Bayangkanlah suatu batu karang dengan lapisan tanah di atasnya. Sekalipun hujan
membasahinya tidak akan ada suatu tanamanpun yang akan tumbuh di atasnya. Hujan
akan meninggalkan batu karang itu licin dan kering.
Demikian pula sedekah dari orang
seperti ini tidak akan bermanfaat baginya. Al Baqarah 264
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Sebaliknya seseorang yang menyedekahkan
kekayaannya demi menyenangkan Allah akan mendapat pahala yang besar dari Nya.
Bahkan suatu sedekah sekecil apapun akan mendapat suatu pahala yang besar. Al
Baqarah 265
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Ciri-ciri orang yang suka bersedekah
disebutkan di dalam surat Al Insan 8 - 9
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Lihatlah perbedaan antara seseorang
yang melukai perasaan orang lain dibandingkan dengan orang yang tidak menuntut
ucapan terimakasih dalam bentuk apapun dari orang miskin yang menerima sedekah
mereka.
Barang-barang yang disedekahkan harus bermutu bagus. Kadang-kadang orang-orang mencoba menyedekahkan barang-barang yang tak disukainya. Jika barang-barang seperti itu diberikan kepada mereka sendiri, tentu mereka akan menolaknya atau hanya menerima untuk basa-basi. Sungguh-sungguh sedekah seperti itu tidaklah bisa diterima oleh Allah SWT. Al Baqarah 267 – 268
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Barang-barang yang disedekahkan harus bermutu bagus. Kadang-kadang orang-orang mencoba menyedekahkan barang-barang yang tak disukainya. Jika barang-barang seperti itu diberikan kepada mereka sendiri, tentu mereka akan menolaknya atau hanya menerima untuk basa-basi. Sungguh-sungguh sedekah seperti itu tidaklah bisa diterima oleh Allah SWT. Al Baqarah 267 – 268
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dalam rangka meningkatkan iman, perlu
untuk memberikan barang-barang yang paling kamu sukai/cintai. Ali Imran 92
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Ketika Abu Talha RA mendengar ayat ini,
ia segera memberikan kebunnya yang terbaik serta suatu sumur untuk
disedekahkan. (Muslim, Bukhari)
Dengan cara yang sama Zaid bin Harith
RA memberikan seekor kuda sebagai sedekah karena ia sangat mencintainya. (Ibn
Jareer,Tabri)
Adalah lebih baik untuk memberi sedekah dengan cara
diam-diam walaupun bukanlah suatu dosa untuk memberinya secara terbuka. Jika
niat dari orang yang bersedekah adalah untuk memotivasi orang lain untuk aktif
ikut serta didalam kegiatan amal, adalah lebih baik untuk memberi secara
terbuka. Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hati kita. Al Baqarah 271
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hai para dermawan, kasihanilah kaum miskin papa. Masih
banyak cara untuk membantu mereka. Lakukanlah dengan lebih bermartabat
dan manusiawi. Jangan takut, tanpa diliput oleh segala media, Allah
Maha Tahu zakat sedekah kalian sampai ke ujung ibadah yang tercatat di
mana. Sekali lagi.., Allah Amat Maha Tahu ! Percayalah….
Bagi
bagi sedekah atau pamer sedekah
Pertengahan ramadhan menjelang
idulfitri dimana-mana byk bener baik itu individu, organisasi,perkumpulan bagi2
yg namanya sedekah baik itu berupa sembako ataupun uang yg nilainya tdk
seberapa,,nah yg mirisnya itu loh,,mereka2 yg dari kalangan bawah sampai2
mempertaruhkan nyawa tuk mendapatkan selembar kupon sembako/sedekah yg
di bagi2kan di satu tempat,, ntah apa yg ada di kepala mereka yg
kelebihan rejeki tersebut untuk bersedekah ,itu sama saja menganggap para fakir
miskin itu tuk mengemis di tempatnya yg punya uang tersebut,,mereka
bersedekah dgn iklas atau pamer sedekah..
Setahu saya rasul pernah
berkata,,kalau memberi sedekah atau beramal upayakan apa yg di beri tangan
kanan,,tangan kiri tdk boleh tau...nah merujuk dari perkataan rasul itu kalau
niat2 org yg punya rejeki berlebih itu kalau mereka mmg iklas tuk memberi
sedekah ,yang memberi sedekah itu yg mendatangi fakir miskin,, karena apa,,ya
karena sebagian harta yg di miliki bagi2 org yg berlebih rezeki itu ada juga
hak2 org fakir miskin ada di situ..(cukup bagi2 org yg mengerti)
Kisah Kucing Dalam Islam
Mitos disekitar keberadaan Kucing
Bertemu Jodoh di Jalan Allah
Sahabatku, Bagaimana caranya bertemu
jodoh di jalan Allah? Jawabnya mudah, “Berjuanglah di jalan Allah maka bertemu
jodoh dijalan Allah.” Bagi setiap orang yang meyakini bahwa hidup adalah
perjuangan maka dia hanya mencari pasangan hidup yang berada pada area yang
sama, yang bisa mendukung mimpinya yang indah dalam hidup ini. Itulah sebabnya
pasangan hidup yang menemukan cintanya di medan perjuangan akan cenderung tahan
terhadap kerasnya ombak dan badai samudra kehidupan karena cinta merupakan
sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah mimpi indahnya. Pertemuan jodoh di
cafe, di gedung film, di pesta tentunya berbeda dengan pertemuan jodoh di tenda
darurat, di bakti sosial, juga di tempat-tempat perjuangan dijalan Allah. Suasana
dimana tempat bertemu sangat menentukan bobot cinta itu sendiri. Bagi mereka
yang memiliki sebuah keyakinan dia akan tahu kemana arah dan tujuan hidupnya,
dia akan mampu menahan penderitaan sebab hidup adalah perjuangan. jika sudah
tiba saatnya dia melihat anak cucunya ditempat terhormat karena apa yang telah
dilakukannya.
Bertemu jodoh dijalan Allah adalah
bertemunya dua hati yang berbeda namun memiliki satu mimpi indah. Mimpi itu
mampu membangun suggestion bagi orang-orang disekitarnya agar melakukan hal-hal
yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Mimpi itu bagaikan pathogen yang
menyebar dengan cepat, yang mampu merubah dunia menjadi lebih baik dimana tidak
ada lagi orang yang lemah dalam menghadapi kehidupan. Itulah mimpi orang-orang
yang ingin menjadikan keluargaku, surgaku dan dimana setiap orang mampu
menjadikan keluarga sebagai medan perjuangan menggapai keridhaan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. “`Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah,
mereka itulah orang-orang yg benar.’(QS Al-Hujurat:15).
Kisah Kucing Dalam Islam
Kucing, jenis mammalian yang memiliki nama latin felix
silvestris catus ini telah menjadi sahabat manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Tingkah laku nya yang manja dan menggemaskan telah mendapat tempat dihati
banyak orang.
Mitos disekitar keberadaan Kucing
Banyak mitos yang bertebaran disetiap kehidupan kucing mulai
dari memiliki 9 nyawa hingga sebagai jelmaan dewa. Seperti yan terjadi pada
masa dinasti Fir’aun 3000 tahun yang lalu, kucing amat dipuja karena dianggap
sebagai titisan dewa. Lain di Mesir lain pula di Eropa, di dataran ini kucing
dianggap sebagai sihir setan atau pembawa bencana. Tak pelak lagi, pada masa
abad kegelapan terjadi pemusnahan besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga
menyebar ke Afrika Utara. Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu dianggap
sebagai kutukan adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan oleh meledaknya
populasi tikus dan penurunan populasi kucing sebagai predator.
Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.
Didalam perkembangan peradaban islam, kucing hadir sebagai
teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan islam.
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki
seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil
jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas
jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong
belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke
rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan,
nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing
itu sebanyak 3 kali.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di
rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu
sifat Mueeza yang nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan,
dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi
kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah
serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang
wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas
kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman
bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar
Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala
ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist,
Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing
jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing
jantan dirumahnya.
Penghormatan para tokoh Islam terhadap kucing pasca
wafatnya Nabi SAW.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa dinasti mamluk, baybars al
zahir, seorang sultan yang juga pahlawan garis depan dalam perang salib sengaja
membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan
didalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar
negara islam. Hingga saat ini, mulai dari damaskus, istanbul hingga kairo, masih bisa kita jumpai
kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam
makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.
Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.
Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat
islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk
porselen, patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak
ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa
melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.
Seorang Sufi ternama bernama ibnu
bashad yang hidup pada abad ke sepuluh bercerita, suatu saat ia dan
sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil
menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu Bashad memberi
sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik
lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam Ibnu Bashad mengikuti
kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah kumuh,
dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan sepotong daging yang
diberikan Ibnu Bashad kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini
sangat menyentuh hatinya hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal
menjemputnya pada tahun 1067.
Ada
juga cerita tentang seorang sufi di Iraq yang bernama Shibli, ia bermimpi
dosa-dosanya diampuni setelah menyelamatkan nyawa seekor anak kucing dari
bahaya.
Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas
kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.
Cerita yang dijadikan sebagai sauri tauladan
Salah satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor
kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang
masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang
mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak
lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi
mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati
dengan darah yang berceceran.
Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu
banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh
anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher
kucing yang tak berdosa itu.
Tak lama kemudian, ia kaget begitu melihat anaknya
terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di belakang punggung
anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah
menyadari bahwa ia telah mebunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa
menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam
di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.
Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?
Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim
tempo dulu adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi
perkembangan dunia zoologi saat ini. Salah satu isinya mengenai ilmu medis,
banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi
medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran suaranya yang setara dengan
gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam
menstimulasi pemulihan tulang.
Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa
berbagai jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing
akibat mitos alat sihir di barat dapat terselamatkan.
Sabar dan Ikhlas Menghadapi Segala Permasalahan
TIPS ANTI GALAU
Sabar dan Ikhlas Menghadapi Segala Permasalahan
Permasalahan
Hidup
Setiap manusia yang hidup di dunia
pasti pernah mendapatkan suatu permasalahan dalam kehidupannya. Sabar dan
ikhlas sulit dilakukan jika seseorang tidak mampu menyadari, bahwa segala
sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Kita sebagai
manusia seringkali membahasakan ujian yang tidak menyenangkan sebagai sebuah
permasalahan.
Oleh karena itulah, kita seyogyanya
mampu memandang permasalahan hidup tidak hanya dari sisi negatifnya saja, tapi
juga dari sudut pandang lain yang bernilai positif.
Misalnya saja, jika selama ini kita menganggap ujian sebagai sebuah peringatan bagi manusia yang lalai, maka ada baiknya juga jika sesekali kita menganggap permasalahan tersebut sebagai cobaan untuk kita agar bisa meningkatkan derajat keimanan kepada Allah.
Berbagai permasalahan hidup yang seringkali dikeluhkan oleh manusia adalah mengenai harta fisik yang membuat kita sering merasa kekurangan. Padahal, materi seperti itu bukanlah hal utama yang harus kita kejar demi mendapatkan ridha dari Allah swt.
Dengan adanya permasalahan tersebut, justru seharusnya kita merasa gembira karena hal tersebut berarti bahwa Tuhan memberikan perhatian lebih kepada kita sebagai umat-Nya.
Beragam permasalahan yang diberikan Allah kepada kita juga merupakan refleksi bahwa kita merupakan orang yang diberi kemampuan dan tanggung jawab untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Mari kita amati firman Allah swt dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 115-157 yang artinya :“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar…”
Seringkali seeorang justru mampu bersabar dan ikhlas, di saat dia menerima ujian dari Allah dengan hal yang menyenangkan. Tapi dengan hal sebaliknya, maka kebanyakan dari kita kebanyakan begitu sulit menerimanya. Stres, terpukul, bersedih hati, meratapi nasib dan merasa kehilangan yang sangat berat seharusnya tidak perlu kita alami.
Juga coba kita lihat arti Al Qur’an surat Al ‘Ankabuut ayat 2 berikut ini : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”
Ayat tersebut merupakan sebuah dalil yang menguatkan pemahaman mengenai ujian bagi orang-orang yang hendak beriman kepada Allah. Jadi, jika kita menerima sebuah ujian dan cobaan, anggaplah hal tersebut sebagai ujian yang mampu membuat kita lebih dekat kepada Allah dan segala yang diperintahkan-Nya.
Dengan cara tersebut, kita akan senantiasa belajar untuk bisa sabar dan ikhlas, tanpa sering mengeluh, bahkan melakukan tindakan yang bernilai negatif akibat rasa putus asa yang kerap muncul dalam pikiran manusia saat dilanda kesedihan, kekurangan, dan ujian lainnya yang diberikan oleh Allah.
Misalnya saja, jika selama ini kita menganggap ujian sebagai sebuah peringatan bagi manusia yang lalai, maka ada baiknya juga jika sesekali kita menganggap permasalahan tersebut sebagai cobaan untuk kita agar bisa meningkatkan derajat keimanan kepada Allah.
Berbagai permasalahan hidup yang seringkali dikeluhkan oleh manusia adalah mengenai harta fisik yang membuat kita sering merasa kekurangan. Padahal, materi seperti itu bukanlah hal utama yang harus kita kejar demi mendapatkan ridha dari Allah swt.
Dengan adanya permasalahan tersebut, justru seharusnya kita merasa gembira karena hal tersebut berarti bahwa Tuhan memberikan perhatian lebih kepada kita sebagai umat-Nya.
Beragam permasalahan yang diberikan Allah kepada kita juga merupakan refleksi bahwa kita merupakan orang yang diberi kemampuan dan tanggung jawab untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Mari kita amati firman Allah swt dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 115-157 yang artinya :“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar…”
Seringkali seeorang justru mampu bersabar dan ikhlas, di saat dia menerima ujian dari Allah dengan hal yang menyenangkan. Tapi dengan hal sebaliknya, maka kebanyakan dari kita kebanyakan begitu sulit menerimanya. Stres, terpukul, bersedih hati, meratapi nasib dan merasa kehilangan yang sangat berat seharusnya tidak perlu kita alami.
Juga coba kita lihat arti Al Qur’an surat Al ‘Ankabuut ayat 2 berikut ini : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”
Ayat tersebut merupakan sebuah dalil yang menguatkan pemahaman mengenai ujian bagi orang-orang yang hendak beriman kepada Allah. Jadi, jika kita menerima sebuah ujian dan cobaan, anggaplah hal tersebut sebagai ujian yang mampu membuat kita lebih dekat kepada Allah dan segala yang diperintahkan-Nya.
Dengan cara tersebut, kita akan senantiasa belajar untuk bisa sabar dan ikhlas, tanpa sering mengeluh, bahkan melakukan tindakan yang bernilai negatif akibat rasa putus asa yang kerap muncul dalam pikiran manusia saat dilanda kesedihan, kekurangan, dan ujian lainnya yang diberikan oleh Allah.
Sabar
Itu Tak Ada Batasnya
Banyak sekali orang yang
mengungkapkan “kesabaran itu ada batasnya” ketika mereka sudah mengalami jalan
buntu atau sesuatu yang sulit dicari jalan keluarnya.
Padahal, Allah senantiasa menyediakan jalan keluar bagi setiap permasalahan hidup manusia di dunia asalkan mereka mampu ikhlas dan sabar saat menghadapi ujian dan cobaan tersebut.
Setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka kita juga harus melihat segala permasalahan hidup sebagai sebuah penyakit yang pasti bisa disembuhkan atas izin dan kehendak Allah.
Pemahaman kita bahwa sabar itu berbatas, akan membuat kita lemah dan sulit untuk tegar dalam menerima segala permasalahan yang pada dasarnya datang dari Allah swt. Batin kita akan merasa ‘kerdil’ dan akan cenderung lepas kontrol dengan sebuah alasan bahwa ‘sabar itu ada batasnya’.
Padahal bukankah kita tahu seperti firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 286 bahwa sesungguhnya ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Allah swt sangat paham kemampuan kita, jadi Allah swt. tidak akan mungkin memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.
Sesungguhnya sabar dan ikhlas adalah perintah dari Allah swt. yang wajib kita laksanakan seperti halnya dengan kewajiban shalat fardhu yang harus dilaksanakan 5 waktu, bedanya, bila sholat dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan, sedangkan sabar dan ikhlas wajib dilaksanakan semenjak awal tertimpa masalah.
Seperti yang tertera dalam firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al-Kahfi ayat 7 yang artinya sebagai berikut: ”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar kamu menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi yang terbaik, seseorang perlu diuji terlebih dahulu. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari pun kita selalu dibekali dengan ujian untuk naik kelas ketika bersekolah.
Begitu juga dengan tingkat keimanan seseorang yang kualitasnya jauh lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan sebatas kualitas prestasi di dunia. Keimanan dan ketakwaan adalah prestasi terbesar yang bisa didapatkan oleh umat manusia di hadapan Allah.
Oleh karena itu, segera enyahkan pemikiran bahwa sabar itu ada batasnya. Tuhan tidak pernah memberikan batas apapun untuk kebaikan. Begitu juga dengan kesabaran dan keihklasan yang kita miliki.
Padahal, Allah senantiasa menyediakan jalan keluar bagi setiap permasalahan hidup manusia di dunia asalkan mereka mampu ikhlas dan sabar saat menghadapi ujian dan cobaan tersebut.
Setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka kita juga harus melihat segala permasalahan hidup sebagai sebuah penyakit yang pasti bisa disembuhkan atas izin dan kehendak Allah.
Pemahaman kita bahwa sabar itu berbatas, akan membuat kita lemah dan sulit untuk tegar dalam menerima segala permasalahan yang pada dasarnya datang dari Allah swt. Batin kita akan merasa ‘kerdil’ dan akan cenderung lepas kontrol dengan sebuah alasan bahwa ‘sabar itu ada batasnya’.
Padahal bukankah kita tahu seperti firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 286 bahwa sesungguhnya ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Allah swt sangat paham kemampuan kita, jadi Allah swt. tidak akan mungkin memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.
Sesungguhnya sabar dan ikhlas adalah perintah dari Allah swt. yang wajib kita laksanakan seperti halnya dengan kewajiban shalat fardhu yang harus dilaksanakan 5 waktu, bedanya, bila sholat dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan, sedangkan sabar dan ikhlas wajib dilaksanakan semenjak awal tertimpa masalah.
Seperti yang tertera dalam firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al-Kahfi ayat 7 yang artinya sebagai berikut: ”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar kamu menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi yang terbaik, seseorang perlu diuji terlebih dahulu. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari pun kita selalu dibekali dengan ujian untuk naik kelas ketika bersekolah.
Begitu juga dengan tingkat keimanan seseorang yang kualitasnya jauh lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan sebatas kualitas prestasi di dunia. Keimanan dan ketakwaan adalah prestasi terbesar yang bisa didapatkan oleh umat manusia di hadapan Allah.
Oleh karena itu, segera enyahkan pemikiran bahwa sabar itu ada batasnya. Tuhan tidak pernah memberikan batas apapun untuk kebaikan. Begitu juga dengan kesabaran dan keihklasan yang kita miliki.
Cara
Bersabar dan Ikhlas
Seringkali ketika kita mendapatkan
suatu permasalahan, kita justru berprasangka buruk bahwa Allah tidak adil kepada kita, Allah pilih kasih dan
tidak sayang kepada kita. Padahal supaya permasalahan yang kita hadapi terasa
ringan, maka kita harus menjaga persangkaan yang baik (husnudzan) kepada
Allah swt. terhadap ujian permasalahan yang diberikan pada kita.
Dengan perasaan positif tersebut kita akan mampu bersabar dan bisa berfikir jernih untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi. Kita harus berusaha sabar dan ikhlas.
Coba kita renungkan firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 153 berikut ini : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Kita harus menyadari dengan keimanan kita bisa ikhlas menerima segala ketentuan Allah swt, karena segala hal yang terjadi, sudah ditetapkan Allah swt dalam Lauhfudz Mahfuzh.
Menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan adalah kewajiban. Jika kita tidak sabar dan ikhlas apa manfaat yang bisa kita ambil dari segala permasalahan yang kita alami?
Coba kita renungkan kembali, jika kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan, kesedihan, segala permasalahan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan?
Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka Insya Allah, akan terasa ringan ujian tersebut. Percayalah!
Bila musibah baik besar ataupun kecil menimpa kita, sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun yang artinya ‘sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali’.
Selain itu ikutilah ucapan itu dengan sebuah do’a yang diajarkan oleh Rasulullah saw sebagai berikut :“Ya Allah, beri aku nilai berharga dari musibah yang kualami dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik”.
Kita harus sadar bahwa Allah swt. adalah pemilik sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari hal ini hanyalah titipan dari Allah swt, maka begitu Allah memintanya dari kita, Insya Allah kita akan lebih mudah mengikhlaskannya.
Sabar dan ikhlas adalah kunci utama dalam menghadapi permasalahan yang ditimpakan kepada kita. Hanya dengan sabar dan ikhlas pula semua permasalahan tersebut akan terasa ringan untuk kita hadapi dan akan membuahkan kebahagiaan hidup.
Oleh sebab itu, latihlah hati dan pikiran kita sejak dini agar senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan umat-Nya di muka bumi ini. Dengan prasangka baik tersebut, insya Allah kita juga bisa mengasah kualitas kesabaran dan keihlasan kita dalam menjalani kehidupan ini.
Berbagai permasalahan hidup tidak akan lagi kita pandang sebagai sebuah hambatan yang mampu mengubah jalan hidup menjadi lebih buruk. Akan tetapi sebaliknya, kita akan senantiasa menganggap bahwa segala permasalahan hidup yang kita lalui merupakan gerbang pembuka bagi kita untuk melangkah menjadi lebih baik.
Sabar dan ikhlas yang terus menerus dijalani akan membuahkan hasil yang manis, yakni keterntraman dan kedamaian di dunia dan di akhirat. Karena sebenarnya, tidak ada lagi sesuatu yang diharapkan oleh sleuruh umat manusia kecuali kedua hal tersebut.
Dengan perasaan positif tersebut kita akan mampu bersabar dan bisa berfikir jernih untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi. Kita harus berusaha sabar dan ikhlas.
Coba kita renungkan firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 153 berikut ini : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Kita harus menyadari dengan keimanan kita bisa ikhlas menerima segala ketentuan Allah swt, karena segala hal yang terjadi, sudah ditetapkan Allah swt dalam Lauhfudz Mahfuzh.
Menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan adalah kewajiban. Jika kita tidak sabar dan ikhlas apa manfaat yang bisa kita ambil dari segala permasalahan yang kita alami?
Coba kita renungkan kembali, jika kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan, kesedihan, segala permasalahan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan?
Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka Insya Allah, akan terasa ringan ujian tersebut. Percayalah!
Bila musibah baik besar ataupun kecil menimpa kita, sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun yang artinya ‘sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali’.
Selain itu ikutilah ucapan itu dengan sebuah do’a yang diajarkan oleh Rasulullah saw sebagai berikut :“Ya Allah, beri aku nilai berharga dari musibah yang kualami dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik”.
Kita harus sadar bahwa Allah swt. adalah pemilik sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari hal ini hanyalah titipan dari Allah swt, maka begitu Allah memintanya dari kita, Insya Allah kita akan lebih mudah mengikhlaskannya.
Sabar dan ikhlas adalah kunci utama dalam menghadapi permasalahan yang ditimpakan kepada kita. Hanya dengan sabar dan ikhlas pula semua permasalahan tersebut akan terasa ringan untuk kita hadapi dan akan membuahkan kebahagiaan hidup.
Oleh sebab itu, latihlah hati dan pikiran kita sejak dini agar senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan umat-Nya di muka bumi ini. Dengan prasangka baik tersebut, insya Allah kita juga bisa mengasah kualitas kesabaran dan keihlasan kita dalam menjalani kehidupan ini.
Berbagai permasalahan hidup tidak akan lagi kita pandang sebagai sebuah hambatan yang mampu mengubah jalan hidup menjadi lebih buruk. Akan tetapi sebaliknya, kita akan senantiasa menganggap bahwa segala permasalahan hidup yang kita lalui merupakan gerbang pembuka bagi kita untuk melangkah menjadi lebih baik.
Sabar dan ikhlas yang terus menerus dijalani akan membuahkan hasil yang manis, yakni keterntraman dan kedamaian di dunia dan di akhirat. Karena sebenarnya, tidak ada lagi sesuatu yang diharapkan oleh sleuruh umat manusia kecuali kedua hal tersebut.
TIPS ANTI GALAU
Zaman
sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah
keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung
karena ditinggal pergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain.
Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana.
“Galau!!” merupakan sebuah kata-kata yang
sedang naik daun, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda
rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook
atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan
dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut.
Pada
dasarnya, manusia adalah sesosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan.
Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau
tidak siap dalam menghadapinya, tentu jiwa dan pikirannya akan menjadi guncang
dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah bagi setiap insan.
Jangankan
kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi
wasallam pun pernah mengalami keadaan tersebut pada tahun ke-10 masa
kenabiannya. Pada masa yang masyhur dengan ‘amul huzni (tahun duka cita)
itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib, kemudian dua bulan
disusul dengan wafatnya istri yang sangat beliau sayangi, Khadijah bintu
Khuwailid.
Sahabat
Abu Bakar, ketika sedang perjalanan hijrah bersama Rasulullah pun di saat
berada di dalam gua Tsur merasa sangat cemas dan khawatir dari kejaran kaum
Musyrikin dalam perburuan mereka terhadap Rasulullah. Hingga turunlah surat
At-Taubah ayat 40 yang menjadi penenang mereka berdua dari rasa kegalauan dan
kesedihan yang berada pada jiwa dan pikiran mereka.
Jangan
Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah
Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama
kami” (QS. At Taubah: 40).
Ayat
di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap
masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung
terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah. Tak ada satupun manusia
yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan
kegalauan tersebut.
...Allah telah memberikan solusi
kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...
Adakalanya,
seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan
berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjadi takdir
yang telah Allah tetapkan untuk
makhluk-makhluk Nya.
Tetapi,
Allah juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara
mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena
dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam
perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi
lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.
Berikut
ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau :
1.
Sabar
Hal
pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada
henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan
kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang
mendatanginya.
Allah
Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs.
Al-Baqarah 153).
Selain
menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat
beratnya beban yang dihadapi.
2.
Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika
seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari
sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah
menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam
ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya
kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
...ketika keluhan itu diadukan kepada
Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...
Mengingat
bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika
keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan
beban berat yang selama ini kita derita.
Rasulullah
shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun,
maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah
Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.
3.
Positive thinking
Positive
thinking atau berpikir
positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau
yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala
bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati
karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi,
pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah
Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;
“Karena
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).
4.
Dzikrullah (Mengingat Allah)
Orang
yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan.
Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya.
Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan
menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa
perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi
siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan
ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
...Bersabar, berpikir positif, ingat
Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala
persoalan...
Sebagaimana
firman-Nya:
“Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Berbeda
dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya
terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama
sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.
Tentunya,
sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau,
maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah. Bersabar, berpikir positif,
mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci
dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau,
karena sesungguhnya Allah bersama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar