ISLAMI

TANGAN KANAN MEMBERI…TANGAN KIRI TAK MELIHAT


Allah SWT tidak hanya memberi petunjuk dan menganjurkan kita untuk bersedekah di jalan Allah SWT tetapi juga mengajar kita tata cara bersedekah. Supaya sedekah bisa diterima Allah SWT ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Harta harus diperoleh dengan cara yang halal, sedekah harus diberikah dengan niat yang tulus dan diberikan kepada mereka yang sungguh-sungguh layak menerimanya.
Cara yang benar untuk bersedekah bukanlah dengan mengingatkan orang-orang mengenai kebaikan yang telah kita lakukan kepada mereka dan melukai perasaan dengan cara apapun juga. Allah SWT menjelaskan hal ini di dalam Al Baqarah 262

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Jika kamu tidak mempunyai apapun untuk bersedekah, perlakukanlah orang miskin dengan sopan dan ramah. Al Baqarah 263

Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
Perhatikan bahwa Allah SWT sedang memperingatkan bahwa Ia dapat menghukum kita atas penganiayaan terhadap orang miskin. Allah adalah, bagaimanapun, sangat sabar dan pemurah.
Allah SWT memperingatkan bahwa dengan menyebut-nyebut sedekah yang telah diberikan dan melukai perasaan mereka kita telah menghapuskan pahala sedekah yang telah kita berikan. Seseorang yang menunjukkan perilaku seperti itu sesungguhnya bersedekah hanya untuk pamer dan tidak percaya kepada Allah SWT dan hari Pengadilan. Sedekah nya tidak akan mendapat pahala. Allah SWT menggambarkan hal ini dalam suatu contoh yang indah. Bayangkanlah suatu batu karang dengan lapisan tanah di atasnya. Sekalipun hujan membasahinya tidak akan ada suatu tanamanpun yang akan tumbuh di atasnya. Hujan akan meninggalkan batu karang itu licin dan kering.
Demikian pula sedekah dari orang seperti ini tidak akan bermanfaat baginya. Al Baqarah 264

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Sebaliknya seseorang yang menyedekahkan kekayaannya demi menyenangkan Allah akan mendapat pahala yang besar dari Nya. Bahkan suatu sedekah sekecil apapun akan mendapat suatu pahala yang besar. Al Baqarah 265

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Ciri-ciri orang yang suka bersedekah disebutkan di dalam surat Al Insan 8 - 9

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Lihatlah perbedaan antara seseorang yang melukai perasaan orang lain dibandingkan dengan orang yang tidak menuntut ucapan terimakasih dalam bentuk apapun dari orang miskin yang menerima sedekah mereka.
Barang-barang yang disedekahkan harus bermutu bagus. Kadang-kadang orang-orang mencoba menyedekahkan barang-barang yang tak disukainya. Jika barang-barang seperti itu diberikan kepada mereka sendiri, tentu mereka akan menolaknya atau hanya menerima untuk basa-basi. Sungguh-sungguh sedekah seperti itu tidaklah bisa diterima oleh Allah SWT. Al Baqarah 267 – 268

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dalam rangka meningkatkan iman, perlu untuk memberikan barang-barang yang paling kamu sukai/cintai. Ali Imran 92

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Ketika Abu Talha RA mendengar ayat ini, ia segera memberikan kebunnya yang terbaik serta suatu sumur untuk disedekahkan. (Muslim, Bukhari)
Dengan cara yang sama Zaid bin Harith RA memberikan seekor kuda sebagai sedekah karena ia sangat mencintainya. (Ibn Jareer,Tabri)
Adalah lebih baik untuk memberi sedekah dengan cara diam-diam walaupun bukanlah suatu dosa untuk memberinya secara terbuka. Jika niat dari orang yang bersedekah adalah untuk memotivasi orang lain untuk aktif ikut serta didalam kegiatan amal, adalah lebih baik untuk memberi secara terbuka. Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hati kita. Al Baqarah 271

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Hai para dermawan, kasihanilah kaum miskin papa. Masih banyak cara untuk membantu mereka. Lakukanlah dengan  lebih bermartabat dan manusiawi.  Jangan takut,  tanpa diliput oleh segala media, Allah Maha Tahu zakat sedekah kalian sampai ke ujung ibadah yang  tercatat di mana. Sekali lagi.., Allah Amat Maha Tahu !  Percayalah….


Bagi bagi sedekah atau pamer sedekah 
Pertengahan ramadhan menjelang idulfitri dimana-mana byk bener baik itu individu, organisasi,perkumpulan bagi2 yg namanya sedekah baik itu berupa sembako ataupun uang yg nilainya tdk seberapa,,nah yg mirisnya itu loh,,mereka2 yg dari kalangan bawah sampai2 mempertaruhkan nyawa tuk mendapatkan selembar kupon sembako/sedekah  yg  di bagi2kan di satu tempat,, ntah apa yg ada di kepala mereka yg kelebihan rejeki tersebut untuk bersedekah ,itu sama saja menganggap para fakir miskin itu tuk mengemis di tempatnya yg punya uang tersebut,,mereka  bersedekah dgn iklas atau pamer sedekah..

Setahu saya rasul pernah berkata,,kalau memberi sedekah atau beramal upayakan apa yg di beri tangan kanan,,tangan kiri tdk boleh tau...nah merujuk dari perkataan rasul itu kalau niat2 org yg punya rejeki berlebih itu kalau mereka mmg iklas tuk memberi sedekah ,yang memberi sedekah itu yg mendatangi fakir miskin,, karena apa,,ya karena sebagian harta yg di miliki bagi2 org yg berlebih rezeki itu ada juga hak2 org fakir miskin ada di situ..(cukup bagi2 org yg mengerti) 




Bertemu Jodoh di Jalan Allah
 
Sahabatku, Bagaimana caranya bertemu jodoh di jalan Allah? Jawabnya mudah, “Berjuanglah di jalan Allah maka bertemu jodoh dijalan Allah.” Bagi setiap orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan maka dia hanya mencari pasangan hidup yang berada pada area yang sama, yang bisa mendukung mimpinya yang indah dalam hidup ini. Itulah sebabnya pasangan hidup yang menemukan cintanya di medan perjuangan akan cenderung tahan terhadap kerasnya ombak dan badai samudra kehidupan karena cinta merupakan sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah mimpi indahnya. Pertemuan jodoh di cafe, di gedung film, di pesta tentunya berbeda dengan pertemuan jodoh di tenda darurat, di bakti sosial, juga di tempat-tempat perjuangan dijalan Allah. Suasana dimana tempat bertemu sangat menentukan bobot cinta itu sendiri. Bagi mereka yang memiliki sebuah keyakinan dia akan tahu kemana arah dan tujuan hidupnya, dia akan mampu menahan penderitaan sebab hidup adalah perjuangan. jika sudah tiba saatnya dia melihat anak cucunya ditempat terhormat karena apa yang telah dilakukannya.
Bertemu jodoh dijalan Allah adalah bertemunya dua hati yang berbeda namun memiliki satu mimpi indah. Mimpi itu mampu membangun suggestion bagi orang-orang disekitarnya agar melakukan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Mimpi itu bagaikan pathogen yang menyebar dengan cepat, yang mampu merubah dunia menjadi lebih baik dimana tidak ada lagi orang yang lemah dalam menghadapi kehidupan. Itulah mimpi orang-orang yang ingin menjadikan keluargaku, surgaku dan dimana setiap orang mampu menjadikan keluarga sebagai medan perjuangan menggapai keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “`Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yg benar.’(QS Al-Hujurat:15).


Kisah Kucing Dalam Islam

Kucing, jenis mammalian yang memiliki nama latin felix silvestris catus ini telah menjadi sahabat manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Tingkah laku nya yang manja dan menggemaskan telah mendapat tempat dihati banyak orang.

Mitos disekitar keberadaan Kucing
Banyak mitos yang bertebaran disetiap kehidupan kucing mulai dari memiliki 9 nyawa hingga sebagai jelmaan dewa. Seperti yan terjadi pada masa dinasti Fir’aun 3000 tahun yang lalu, kucing amat dipuja karena dianggap sebagai titisan dewa. Lain di Mesir lain pula di Eropa, di dataran ini kucing dianggap sebagai sihir setan atau pembawa bencana. Tak pelak lagi, pada masa abad kegelapan terjadi pemusnahan besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga menyebar ke Afrika Utara. Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu dianggap sebagai kutukan adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan oleh meledaknya populasi tikus dan penurunan populasi kucing sebagai predator.

Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.
Didalam perkembangan peradaban islam, kucing hadir sebagai teman sejati dalam setiap nafas dan gerak geliat perkembangan islam.
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Tak hanya nabi, istri nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq pun amat menyukai kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Seorang sahabat yang juga ahli hadist, Abdurrahman bin Sakhr Al Azdi diberi julukan Abu Hurairah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

Penghormatan para tokoh Islam terhadap kucing pasca wafatnya Nabi SAW.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, pada masa dinasti mamluk, baybars al zahir, seorang sultan yang juga pahlawan garis depan dalam perang salib sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya. Tradisi ini telah menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini, mulai dari damaskus, istanbul hingga kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.

Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.
Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan di dunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.

Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.
Seorang Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu Bashad memberi sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam Ibnu Bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan sepotong daging yang diberikan Ibnu Bashad kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.
Ada juga cerita tentang seorang sufi di Iraq yang bernama Shibli, ia bermimpi dosa-dosanya diampuni setelah menyelamatkan nyawa seekor anak kucing dari bahaya.
Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.

Cerita yang dijadikan sebagai sauri tauladan
Salah satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.
Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.
Tak lama kemudian, ia kaget begitu melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di belakang punggung anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah mebunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.

Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?
Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi perkembangan dunia zoologi saat ini. Salah satu isinya mengenai ilmu medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat mitos alat sihir di barat dapat terselamatkan.


Sabar dan Ikhlas Menghadapi Segala Permasalahan

Permasalahan Hidup

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah mendapatkan suatu permasalahan dalam kehidupannya. Sabar dan ikhlas sulit dilakukan jika seseorang tidak mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Kita sebagai manusia seringkali membahasakan ujian yang tidak menyenangkan sebagai sebuah permasalahan.

Oleh karena itulah, kita seyogyanya mampu memandang permasalahan hidup tidak hanya dari sisi negatifnya saja, tapi juga dari sudut pandang lain yang bernilai positif.

Misalnya saja, jika selama ini kita menganggap ujian sebagai sebuah peringatan bagi manusia yang lalai, maka ada baiknya juga jika sesekali kita menganggap permasalahan tersebut sebagai cobaan untuk kita agar bisa meningkatkan derajat keimanan kepada Allah.

Berbagai permasalahan hidup yang seringkali dikeluhkan oleh manusia adalah mengenai harta fisik yang membuat kita sering merasa kekurangan. Padahal, materi seperti itu bukanlah hal utama yang harus kita kejar demi mendapatkan ridha dari Allah swt.

Dengan adanya permasalahan tersebut, justru seharusnya kita merasa gembira karena hal tersebut berarti bahwa Tuhan memberikan perhatian lebih kepada kita sebagai umat-Nya.
Beragam permasalahan yang diberikan Allah kepada kita juga merupakan refleksi bahwa kita merupakan orang yang diberi kemampuan dan tanggung jawab untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut.

Mari kita amati firman Allah swt dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 115-157 yang artinya :“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar…”

Seringkali seeorang justru mampu bersabar dan ikhlas, di saat dia menerima ujian dari Allah dengan hal yang menyenangkan. Tapi dengan hal sebaliknya, maka kebanyakan dari kita kebanyakan begitu sulit menerimanya. Stres, terpukul, bersedih hati, meratapi nasib dan merasa kehilangan yang sangat berat seharusnya tidak perlu kita alami.

Juga coba kita lihat arti Al Qur’an surat Al ‘Ankabuut ayat 2 berikut ini : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Ayat tersebut merupakan sebuah dalil yang menguatkan pemahaman mengenai ujian bagi orang-orang yang hendak beriman kepada Allah. Jadi, jika kita menerima sebuah ujian dan cobaan, anggaplah hal tersebut sebagai ujian yang mampu membuat kita lebih dekat kepada Allah dan segala yang diperintahkan-Nya.

Dengan cara tersebut, kita akan senantiasa belajar untuk bisa sabar dan ikhlas, tanpa sering mengeluh, bahkan melakukan tindakan yang bernilai negatif akibat rasa putus asa yang kerap muncul dalam pikiran manusia saat dilanda kesedihan, kekurangan, dan ujian lainnya yang diberikan oleh Allah.


Sabar Itu Tak Ada Batasnya

Banyak sekali orang yang mengungkapkan “kesabaran itu ada batasnya” ketika mereka sudah mengalami jalan buntu atau sesuatu yang sulit dicari jalan keluarnya.

Padahal, Allah senantiasa menyediakan jalan keluar bagi setiap permasalahan hidup manusia di dunia asalkan mereka mampu ikhlas dan sabar saat menghadapi ujian dan cobaan tersebut.
Setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka kita juga harus melihat segala permasalahan hidup sebagai sebuah penyakit yang pasti bisa disembuhkan atas izin dan kehendak Allah.

Pemahaman kita bahwa sabar itu berbatas, akan membuat kita lemah dan sulit untuk tegar dalam menerima segala permasalahan yang pada dasarnya datang dari Allah swt. Batin kita akan merasa ‘kerdil’ dan akan cenderung lepas kontrol dengan sebuah alasan bahwa ‘sabar itu ada batasnya’.

Padahal bukankah kita tahu seperti firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 286 bahwa sesungguhnya ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Allah swt sangat paham kemampuan kita, jadi Allah swt. tidak akan mungkin memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.

Sesungguhnya sabar dan ikhlas adalah perintah dari Allah swt. yang wajib kita laksanakan seperti halnya dengan kewajiban shalat fardhu yang harus dilaksanakan 5 waktu, bedanya, bila sholat dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan, sedangkan sabar dan ikhlas wajib dilaksanakan semenjak awal tertimpa masalah.

Seperti yang tertera dalam firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al-Kahfi ayat 7 yang artinya sebagai berikut: ”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagi manusia, agar kamu menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi yang terbaik, seseorang perlu diuji terlebih dahulu. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari pun kita selalu dibekali dengan ujian untuk naik kelas ketika bersekolah.

Begitu juga dengan tingkat keimanan seseorang yang kualitasnya jauh lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan sebatas kualitas prestasi di dunia. Keimanan dan ketakwaan adalah prestasi terbesar yang bisa didapatkan oleh umat manusia di hadapan Allah.
Oleh karena itu, segera enyahkan pemikiran bahwa sabar itu ada batasnya. Tuhan tidak pernah memberikan batas apapun untuk kebaikan. Begitu juga dengan kesabaran dan keihklasan yang kita miliki.


Cara Bersabar dan Ikhlas 

Seringkali ketika kita mendapatkan suatu permasalahan, kita justru berprasangka buruk bahwa Allah tidak adil kepada kita, Allah pilih kasih dan tidak sayang kepada kita. Padahal supaya permasalahan yang kita hadapi terasa ringan, maka kita harus menjaga persangkaan yang baik (husnudzan) kepada Allah swt. terhadap ujian permasalahan yang diberikan pada kita.

Dengan perasaan positif tersebut kita akan mampu bersabar dan bisa berfikir jernih untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi. Kita harus berusaha sabar dan ikhlas.

Coba kita renungkan firman Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 153 berikut ini : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Kita harus menyadari dengan keimanan kita bisa ikhlas menerima segala ketentuan Allah swt, karena segala hal yang terjadi, sudah ditetapkan Allah swt dalam Lauhfudz Mahfuzh.
Menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan adalah kewajiban. Jika kita tidak sabar dan ikhlas apa manfaat yang bisa kita ambil dari segala permasalahan yang kita alami?

Coba kita renungkan kembali, jika kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan, kesedihan, segala permasalahan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan?

Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka Insya Allah, akan terasa ringan ujian tersebut. Percayalah!
Bila musibah baik besar ataupun kecil menimpa kita, sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun yang artinya ‘sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali’.

Selain itu ikutilah ucapan itu dengan sebuah do’a yang diajarkan oleh Rasulullah saw sebagai berikut :“Ya Allah, beri aku nilai berharga dari musibah yang kualami dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik”.

Kita harus sadar bahwa Allah swt. adalah pemilik sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari hal ini hanyalah titipan dari Allah swt, maka begitu Allah memintanya dari kita, Insya Allah kita akan lebih mudah mengikhlaskannya.

Sabar dan ikhlas adalah kunci utama dalam menghadapi permasalahan yang ditimpakan kepada kita. Hanya dengan sabar dan ikhlas pula semua permasalahan tersebut akan terasa ringan untuk kita hadapi dan akan membuahkan kebahagiaan hidup.

Oleh sebab itu, latihlah hati dan pikiran kita sejak dini agar senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan umat-Nya di muka bumi ini. Dengan prasangka baik tersebut, insya Allah kita juga bisa mengasah kualitas kesabaran dan keihlasan kita dalam menjalani kehidupan ini.

Berbagai permasalahan hidup tidak akan lagi kita pandang sebagai sebuah hambatan yang mampu mengubah jalan hidup menjadi lebih buruk. Akan tetapi sebaliknya, kita akan senantiasa menganggap bahwa segala permasalahan hidup yang kita lalui merupakan gerbang pembuka bagi kita untuk melangkah menjadi lebih baik.

Sabar dan ikhlas yang terus menerus dijalani akan membuahkan hasil yang manis, yakni keterntraman dan kedamaian di dunia dan di akhirat. Karena sebenarnya, tidak ada lagi sesuatu yang diharapkan oleh sleuruh umat manusia kecuali kedua hal tersebut.


TIPS ANTI GALAU


Zaman sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung karena ditinggal pergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain. Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana.

“Galau!!” merupakan sebuah kata-kata yang sedang naik daun, di mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan, kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut.
Pada dasarnya, manusia adalah sesosok makhluk yang paling sering dilanda kecemasan. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, sedangkan dirinya belum atau tidak siap dalam menghadapinya, tentu jiwa dan pikirannya akan menjadi guncang dan perkara tersebut sudahlah menjadi fitrah bagi setiap insan.
Jangankan kita sebagai manusia biasa, bahkan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam pun pernah mengalami keadaan tersebut pada tahun ke-10 masa kenabiannya. Pada masa yang masyhur dengan ‘amul huzni (tahun duka cita) itu, beliau ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib, kemudian dua bulan disusul dengan wafatnya istri yang sangat beliau sayangi, Khadijah bintu Khuwailid.
Sahabat Abu Bakar, ketika sedang perjalanan hijrah bersama Rasulullah pun di saat berada di dalam gua Tsur merasa sangat cemas dan khawatir dari kejaran kaum Musyrikin dalam perburuan mereka terhadap Rasulullah. Hingga turunlah surat At-Taubah ayat 40 yang menjadi penenang mereka berdua dari rasa kegalauan dan kesedihan yang berada pada jiwa dan pikiran mereka.

Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!

Allah Ta’ala berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40).

Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.
...Allah telah memberikan solusi kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...
Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjadi takdir yang telah Allah  tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.

Tetapi, Allah juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.

Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau :

1. Sabar

Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).
Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.

2. Adukanlah semua itu kepada Allah

Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).
...ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...
Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.

Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.

3. Positive thinking

Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).

4. Dzikrullah (Mengingat Allah)

Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
...Bersabar, berpikir positif, ingat Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala persoalan...
Sebagaimana firman-Nya:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.
Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar