Bayi menunjukkan emosi mereka dengan
berbagai cara. Kalau merasa tidak nyaman, ia menangis, mengejangkan tubuhnya
dan menggerak-gerakkan tangannya sambil menendang-nendangkan kakinya ke sana ke
mari. Kalau senang, bayi akan menunjukkannya lewat ekspresi yang berbeda.
Pada bulan pertama, ia akan diam
kalau mendengar suara manusia dan kalau diangkat ia tersenyum. Kalau ia diajak
bermain dengan menggerak-gerakkan kedua tangannya, ia akan tersenyum,
mengeluarkan suara, menggapai dan bergerak mendekati. Semua ini merupakan tanda
dan isyarat yang pasti dari emosi bayi.
Kalau memerlukan sesuatu, bayi akan
menangis; kalau merasa ingin bergaul mereka tertawa atau tersenyum. Bayi akan
merasa kekuatan pribadinya bertumbuh ketika tangisannya mendatangkan
pertolongan dan kenyamanan; dan senyuman atau tawa mereka mendatangkan
tanggapan yang serupa dari orang lain. Namun, semua ekspresi emosional ini
memiliki berbagai makna lain ketika bayi bertumbuh. Pada awalnya tangisan
merupakan isyarat ketidaknyamanan fisik, tapi tangisan kelak juga menyatakan
ketidaknyamanan psikologis.
Berikut ini gambaran singkat perihal
berbagai emosi khas dari bayi.
Ada empat jenis tangisan. Yang
paling mendasar adalah tangisan karena lapar. Ada lagi tangisan karena marah,
karena sakit dan karena frustasi. Tangisan karena lapar sifatnya ritmis.
Tangisan karena marah memiliki irama yang bervariasi. Tangisan karena rasa
sakit biasanya tiba-tiba dan keras. Sedangkan tangisan karena frustasi diikuti
oleh dua atau tiga kali teriakan panjang tanpa menahan napas.
Tangisan bayi mesti ditanggapi
dengan hati-hati dan lemah lembut. Bila ini dilakukan para ibu secara
konsekuen, bayi akan lebih jarang menangis saat berumur setahun dibandingkan
dengan bayi yang tidak cepat ditanggapi orang tuanya.
Senyuman pertama terjadi tidak lama
setelah bayi lahir, yaitu hasil aktivitas sistem saraf pusat. Biasanya senyuman
itu terjadi saat bayi tidur. Di minggu kedua, bayi sering tersenyum setelah
diberi susu. Saat mengantuk, mereka mungkin menanggapi suara orang yang
mengasuhnya. Selanjutnya bayi mulai terlihat suka tersenyum saat ia masih terjaga
dan tidak sedang melakukan aktivitas.
Setelah berusia sebulan, senyuman
bayi akan lebih sering dan lebih memiliki makna sosial untuk berinteraksi
dengan orang lain. Mereka tersenyum kalau kedua tangannya ditepukkan, atau
kalau mendengar suara yang mereka kenal. Pada bulan kedua mereka akan lebih
tanggap pada orang-orang yang mereka kenal.
Bayi mulai tertawa sekitar usia
empat bulan. Sebagian tawa mereka ada kalanya terkait dengan takut, sebab
kadang-kadang mereka bereaksi sama terhadap ketakutan dan tertawa. Ketika usia
bayi meningkat, mereka mulai tanggap terhadap berbagai suara dan batuk dan
mulai senang diajak bermain pada usia tujuh sampai sembilan bulan. Perubahan
ini mencerminkan perkembangan kognitif mereka. Tertawa merupakan tanggapan terhadap
lingkungan, yang membantu bayi melepaskan ketegangannya dari situasi yang
mengesalkan. Tertawa memperlihatkan pentingnya hubungan antara perkembangan
kognitif dan perkembangan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar