Selasa, 09 Oktober 2012

Penyebab Dan Penanganan Diare Pada Bayi


Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh bayi dan balita terutama usia 12 hingga 24 bulan. Jika bayi atau anak anda tiba-tiba mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya baik frekuensi/jumlah buang air besar yang menjadi sering dan menjadi cair, maka si kecil kemungkinan besar positif terkena diare.
Penyakit diare tidak bisa dianggap sepele, karena jika berlangsung terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berbahaya bagi organ-organ tubuh. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare.


Berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
• Infeksi oleh bakteri dan parasit (vibrio cholera, salmonella, giardiasis).
• Serangan virus (rotavirus).
• Alergi terhadap makanan, susu formula maupun keracunan makanan.
• Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, malaria, dll.
• Pemanis buatan.
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran

Di samping itu ada beberapa gejala yang bisa dijadikan panduan untuk mengetahui apa penyebab diare pada bayi, yaitu:
1. Jika diare yang terjadi disertai dengan muntah, sakit perut, demam, menggigil, perasaan sakit, maka kemungkinan ada masalah pada gastroenteritis (pencernaan). Jika disertai dengan adanya darah dalam kotoran bayi kemungkinan akibat infeksi bakteri.
2. Diare terjadi setelah bayi mengkonsumsi susu formula atau terlalu banyak makanan tertentu, kemungkinan diare diakibatkan oleh masalah makanan atau susu.
3. Diare disertai oleh perut yang kembung, gas dan kotoran yang seperti berminyak, kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi parasit.
4. Diare terjadi setelah bayi mengk onsumsi obat tertentu seperti antibiotik atau obat lainnya, kemungkinan disebabakan oleh efek samping dari obat yang dikonsumsi.
5. Diare yang disertai oleh muntah, keringat berlebih, keletihan, kejang-kejang serta membuat bayi menjadi tidak sadar, kemungkinan disebabkan oleh keracunan sesuatu. Jika bayi sudah tidak sadarkan diri atau mengalami kesulitan bernapas, sebaiknya segera larikan ke rumah sakit.
6. Bayi menjadi rewel setelah menyusui, perut kembung, diare dan kotoran yang ada menimbulkan bau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh laktosa intoleransi atau tidak dapat mentoleransi laktosa yang ada di dalam susu.
7. Jika diare yang muncul disertai dengan muntah, gatal-gatal, hidung tersumbat, bengkak, sesak napas, mengi, kesulitan menelan dan timbulnya ruam pada kulit, kemunginan disebabkan oleh alergi makanan yang dikonsumsi bayi.
8. Diare dengan adanya perasaan kembung atau bergas, muntah, kolik, kotoran yang berdarah, menolak untuk makan, batuk, mengi dan gejala ini timbul sekitar 45 menit setelah mengkonsumsi susu, kemungkinan disebabkan bayi tidak dapat mentoleransi protein yang terkandung di dalam susu.
10. Mengalami diare yang kronis, pertumbuhan yang terganggu, batuk yang disertai dengan rengekan, napasnya mendesah atau mengi, kemungkinan disebabkan penyakit cystic fibros.

Penularan penyakit diare antara lain :
• Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
• Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
• Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
• Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
• Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

Pengobatan Diare :
• Langkah yang paling penting dalam mengatasi diare adalah menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
• Jika bayi tampak sakit berat, cairan biasanya diberikan melalui infus. Jika penyakitnya ringan, bisa diberikan cairan yang mengandung elektrolit melalui botol susu atau gelas.
• ASI tetap diberikan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan mempertahankan pembentukan ASI oleh ibu.
• Jika bayi tidak disusui oleh ibunya, sebaiknya segera setelah dehidrasinya teratasi, diberikan susu formula yang tidak mengandung laktosa. Susu formula yang biasa bisa diberikan secara bertahap beberapa hari kemudian.
• Meskipun diare infeksius bisa disebabkan oleh bakteri, tetapi tidak perlu diberikan antibiotik karena infeksi biasanya akan mereda tanpa pengobatan.
• Memberikan obat untuk menghentikan diare sebenarnya bisa membahayakan bayi karena obat ini bisa menghalangi usaha tubuh untuk membuang organisme penyebab infeksi melalui tinja.

Pencegahan Diare :
• Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI).
• Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan.
• Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk sikecil.
• Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
(Dari beberapa sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar